9.9.16

Bayi Abnormal Lahir, Tangan Tanpa Jari-jari, Kaki Buntung


TobaTimes-Seorang bayi di Lorong V, Lingkungan Siantar Gunung, Kelurahan Hutanabolon, Kecamatan Tukka, Tapanuli Tengah (Tapteng) terlahir dengan kondisi tangan dan kaki tidak normal.

Suryani menunjukkan kondisi bayinya.
Ucok, panggilan sementara buah hati pasangan suami istri Hotmasari Mendrofa (33) dan Suryani br Lase (33) ini, mengalami cacat pada kedua kaki dan tangannya. Pada kaki kiri memiliki sedikit telapak dan berbentuk pipih, jari-jari hanya berbentuk seperti daging-daging kecil yang muncul dari pangkal kaki. Sementara, kaki sebelah kanan terlihat buntung dan tak mengeluarkan jari-jari sama sekali.

Kondisi berbeda pada bagian tangan, dimana jari dan telapak sebelah kanan memang nyaris sempurna, hanya saja jari telunjuk dan jari tengah sedikit menyatu, begitu juga jari manis dan kelingking yang disatukan kulit berbentuk selaput. Sementara itu, tangan sebelah kiri tidak sesempurna bagian kanan. Jari-jari kiri bayi ini tampak kecil-kecil membentuk capit dan tak berfungsi sempurna.

Saat dikunjungi wartawan, Rabu (7/9) siang, Ucok yang terlahir lahir 19 Agustus 2016 lalu atau baru berusia sekitar 3 minggu itu agaknya tidak semujur bayi seusianya yang seharusnya berada di tempat nyaman dan hangat. Tidak ada pilihan, Ucok terpaksa dibawa ibunya, Suryani ke tengah hutan perbukitan sejarak 1 kilometer dari rumahnya yang harus ditempuh berjalan kaki di jalan setapak mendaki. Di sana, Suryani memang berladang padi dan cabai.

Berada di gendongan ibunya dalam pondok terbuka beratap rumbia, Ucok yang mungil belum merasakan kekurangan yang ia alami. Ia tetap lincah bertenaga. Meski tak sempurna, gerak tangan dan kaki, serta tangisannya di tengah hutan itu seolah menegaskan dirinya sebenarnya baik-baik saja.

“Sehat dan lincah, minum ASI juga kuat. Cuma itu, waktu lahir si Ucok, kaki dan tangannya sudah begini,” ujar Suryani menunjukkan kondisi kaki dan tangan anaknya itu.

Menurut ibu dari empat anak laki-laki dan dua perempuan ini, saat melahirkan anak laki-laki terakhirnya itu, persalinan berjalan normal. “Prosesnya cepat, normal, gak ada apa-apa,” katanya.

Hanya saja, Suryani mengakui, di usia kehamilan 8 bulan, ia memang mengalami pendarahan parah dan berlangsung selama 3 minggu. Meski menurut dia, pendarahan itu agaknya tidak mempengaruhi proses kelahiran.

“Hamil delapan bulan, saya mengalami pendaharan selama tiga minggu. Mungkin karena pendarahan itulah ya, seperti dipaksa lahir, tapi bukan kurang umur ya, karena lahir normalnya, artinya pendarahan itu sudah sembuh baru lahir,” katanya.

Penuturan Suryani, kehamilan Ucok sebenarnya tak terencana. Walau tak menggunakan alat kontrasepsi maupun mengikuti program KB, sebenarnya ia dan sang suami sudah menggunakan jasa tukang urut kampung untuk menjaga agar tidak terjadi kehamilan. Namun, Suryani tetap saja hamil.

“Kami kan tidak KB, makanya pakai tukang urut dan disarankan dikusuk, tapi ya begini, tetap saja hamil,” katanya.

Soal jarak antara kelahiran anak ke 5 dan kehamilan anak terakhirnya itu memang tak begitu jauh, hanya berselang 4 bulan saja. “Memang 4 bulan saya melahirkan, sudah hamil lagi,” katanya.

Meski sempat terkejut atas kondisi struktur tubuh Ucok, belakangan Suryani dan suaminya Hotmasari akhirnya mengaku ikhlas. Apalagi saat kelahiran, Ucok sebenarnya memiliki kelebihan dan berbeda dengan kelahiran bayi lainnya, yakni sudah tumbuh 2 gigi bagian bawah, serta terlahir dengan kulit ari menyelimuti bagian kepala membentuk topi.

“Sudah ada dua giginya di bawah, dan waktu lahir ada ‘topi’ nya, saluran dari pusat itu seperti bercabang, dan cabangnya itu sampai ke kepala dan seperti ada topinya, dibawa waktu lahir. Katanya sih membawa rejeki,” kisah Suryani.

Lebih jauh Suryani menuturkan, atas kondisi Ucok, bidan setempat Boru Siringoringo memang telah memberikan penanganan yang baik sejak proses persalinan hingga kelahiran.

Oleh Bidan juga sudah dijanjikan, jika sudah berumur sekitar 2 tahun Ucok akan dibawa ke Medan untuk menjalani operasi, terkhusus pada bagian tangan. Meski, Bidan belum mendiskusikan soal biaya yang akan digunakan jika operasi itu dijalankan.

“Katanya (Bidan,red) sudah di daftar ke dokter, katanya di bawa ke Medan untuk operasi, tapi katanya, biar dua tahun dulu baru dioperasi, entahlah. (Soal biaya,red) itu belum tentu pemerintah membayar, atau bisa jadi risiko orangtua, soal biaya, gak cerita lagi Bidan,”tutur Suryani. (TT/int)
 

0 comments:

Post a Comment