24.8.18

Ratusan Ton Bangkai Ikan Dievakuasi dari Pantai Danau Toba


TT - Oksigen minim secara tiba-tiba diduga menjadi penyebab matinya sekitar 180 ton ikan keramba jaring apung (KJA) di  Desa Pintu Sona, Pangururan, Kabupaten Samosir. Bangkai ikan-ikan milik masyarakat tersebut dievakuasi, Kamis (23/8/18).

Evakuasi bangkai ikan di Pangururan, Samosir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Samosir Sudion Tamba mengatakan, kejadian ikan mati massal ini cukup mengejutkan warga. Pihaknyapun langsung turun ke lapangan dan  melakukan pemeriksaan kadar oksigen di lokasi keramba. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar oksigen dalam air  (Dissolved Oxygen atau DO) berkisar 2,28 Mg/L.

Kondisi tersebut sangat jauh di bawah standard mutu air yang ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 82 tahun 2001 minimal 6,0 Mg/L. "Untuk sementara diperkirakan penyebab matinya ikan ini karena kekurangan oksigen, DO 2,82 Mg/L itu sangat rendah," ujarnya Sudion.

Dari segi lingkungan hidup, kata Sudion, bangkai ikan yang sudah mulai membusuk mengakibatkan pencemaran udara dan air.  Bau amis sudah terasa dari jarak 500 meter dari lokasi.

Pihaknya dibantu pemilik dan komunitas warga telah berupaya melakukan evakuasi sejauh 30 meter dari bibir pantai. Menggunakan satu unit alat berat, bangkai ikan dievakuasi ke dalam galian tanah seluas seluas 10 x 10 meter dengan kedalaman 2 meter.

"Kita tidak bisa menggali terlalu dalam sebab di bawah  kedalaman dua meter sudah keluar air. Jadi kita buat seadanya guna mempercepat evakuasi," terang Sudion, sembari menuturkan kalau bangkai ikan nantinya akan diolah menjadi pupuk kompos.

Turut membantu evakuasi Perkumpulan Warga Onan Baru (Perona). Sebanyak 25 orang anggota Perona turun ke lokasi sebagai bentuk kepedulian bersama.

"Intinya, kami turut prihatin atas kejadian yang menimpa petani keramba ini. Kita akan bantu hingga proses evakuasi selesai," ujar Polten Simbolon, koordinator Perona.

Salah seorang Petani keramba, Nadeak mengatakan akibat kejadian ini mereka merugi hingga Rp5 Miliar. Tanda-tanda kejadian tersebut bermula pada 21 Agustus sore hari.

"Ikannya gak mau makan, dan berada di dasar semua. Jadi kita sempat berusaha memberikan oksigen dengan cara memompa," sebutnya.

Lalu, pada hari kedua ikan-ikan mulai lemas dan mengapung. Kemudian, berurutan ikan-ikan mati dan kejadian serupa berlangsung secara bersamaan.

"Saat ini kami fokuskan untuk pembersihan bangkai ikan dulu," pungkas Nadeak.

Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Samosir Sumatera Utara, Jhunellis Sinaga, menduga terjadi kematian ikan karena perubahan suhu.

"Ini akibat Up Welling, dugaan sementara terjadi perubahan suhu. Suhu dari dasar danau naik ke permukaan," tuturnya.

Menurut Jhunellis, endapan limbah di dasar danau naik ke permukaan dan ikan pun tidak bisa memperoleh oksigen secara maksimal. Limbah tersebut berasal dari berbagai macam kandungan.

Data sementara 140 petak KJA yang sudah berisi bangkai dengan rincian 180 ton ikan yang sudah mati. Ikan-ikan terdiri dari mujahir, nila dan ikan mas. Keseluruhan ikan itu sudah siap panen. (bbs/int)

12 Rumah Terbakar di Kota Pinang


TT - Sebanyak 12 unit rumah milik warga Dusun Bom, Desa Blok Songo, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labusel dilalap si jago merah, Rabu (22/8) sekira pukul 11.30 WIB. Api diduga berasal dari salah satu rumah warga yang penghuninya sedang pergi melaksanakan Sholat Idul Adha.

Api melalap 12 rumah di Kota Pinang.
Informasi dihimpun, rumah yang terbakat tersebut masing-masing milik Masra (50), M Nasir 61), Harmon (45) Budi (35), Marioto (41), Sisu (40), Jahar (45), Amri (40), Hibah(50), Iwan (36) dan Rohani (60).

Para korban dan keluarga kini terpaksa menginap di tempat penampungan sementara di desa itu, yang difasilitasi warga sekitar bersama aparat desa setempat.

Salah seorang korban M Nasir menceritakan, api diduga berasal dari salah satu rumah warga. Di mana saat terjadi kebakaran, penghuni rumah sedang melaksanakan Sholat Idul Adha.

Karena padatnya rumah penduduk yang terbuat dari papan, sehingga dengan cepat api melalap rumah warga dalam waktu kurang lebih satu jam. Beruntung petugas pemadam kebakaran dapat menjinakkan api sehingga tidak merambat ke rumah lainnya.

"Apinya semakin besar, kami lari menyelamatkan diri. Kami tidak sempat menyelamatkan barang-barang. Semuanya sudah terbakar. Kami tidak punya apa-apa lagi," ujarnya.

Meski warga sudah berusaha memadamkan api, namun selalu gagal karena angin yang begitu kencang melanda daerah itu. Sehingga api dengan cepat membesar dan merembet ke rumah-rumah terdekat.

Selanjutnya, sekitar pukul 13.00 WIB, warga bersama personel Polsekta Kota Pinang dibantu aparat TNI dan tiga unit mobil dinas kebakaran milik Pemkab Labusel turun ke lokasi dan berhasil memadamkan api.

"Tak ada yang bisa kami selamatkan. Rumah kami sudah rata dengan tanah. Hanya tinggal puing-puingnya saja,” ujarnya sedih. Dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa. Namun, kerugian ditaksir hingga ratusan juta rupiah.

Menurut informasi dari warga setempat, Marga Siregar, api berasal dari salah rumah warga. "Api cepat menjalar, apalagi rumah hampir rata-rata terbuat dari papan, jadi api cepat kali berkobar," ujarnya.

Sebelum datang petugas pemadam, warga berusaha memadamkan api dengan kemampuan yang terbatas. Selang beberapa menit datang petugas pemadam kebakaran, sementara sudah banyak rumah yang terbakar.

Kapolres Labuhanbatu AKBP Frido Situmorang melalui Kasubag Humas AKP Viktor Sibarani membenarkan peristiwa kebakaran tersebut.

“Ada 12 rumah yang terbakar. Dari keterangan saksi, kemungkinan besar pemicu terjadinya kebakaran akibat arus pendek (korsleting listrik) berasal dari rumah bagian dapur milik Rohani. Kini masih kita lakukan penyelidikan," kata AKP Viktor Sibarani, Kamis (22/8). (bbs/int)

21.8.18

Kapal Pengangkut TKI Ilegal Ditangkap di Tanjungbalai


TT - Polres Tanjungbalai mengamankan dua unit kapal kayu yang diduga mengangkut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal. Penangkapan dilakukan di perairan Bagan Asahan Kabupaten Asahan pada koordinat N 3 054.4572 E 99 5148 3624 atau sekitar perairan Tanjung Berobang.

Kapal pengangkut TKI ilegal.
“Kapal itu berpenumpang tiga orang diduga mau dibawa ke Malaysia sebagai TKI. Dua laki-laki dan satu perempuan. Satu di antaranya warga Banglades,” kata Kapolres Tanjungbalai AKBP Irfan Rifai SH Sik, Minggu (19/8).

Informasi dihimpun wartawan, awalnya, Satpol Air Polres Tanjungbalai sedang melakukan patroli. Begitu melintas di perairan Bagan Asahan Kabupaten Asahan pada posisi N 3 054.4572 E 99 5148 3624 sekitar perairan Tanjung Berobang, petugas curiga melihat kapal tersebut akan membawa TKI ilegal dari Tanjungbalai ke Malaysia.

Selanjutnya petugas berupaya mencari kapal yang dicurigai di sekitar Sei Asahan. Ternyata benar, petugas menemukan kapal terapung di sana. Kapal tersebut disebut-sebut milik warga berinisial DU. Dalam kapal ditemukan tiga orang warga, dua laki-laki dan satu perempuan. Satu di antaranya warga Banglades.

Nakhoda kapal saat diinterogasi petugas membenarkan bahwa ketiga penumpang tersebut rencananya akan dibawa ke Panton Bagan Asahan untuk diangkut sebagai TKI ilegal ke Malaysia.

Selanjutnya petugas memboyong kapal tersebut menuju Sat Pol Air Polres Tanjungbalai berikut Nakhoda kapal. Sedangkan Nakhoda kapal Suryadi alias Sur Dok (50) warga Pulau Mandi dijadikan tersangka. Sementara ABK kapal berinisial IW (36) warga Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung dan Us alias Sum (46) warga yang sama, dijadikan sebagai saksi.

Terpisah, seorang warga Kecamatan Asahan menyebutkan, kapal pengangkut TKI ilegal tersebut sudah lama berlangsung. Setiap penumpang tanpa pasport itu akan dibawa ke Malaysia sebagai TKI.

Ongkosnya bervariasi. Antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta per orang. Mereka rata-rata diberangkatkan pada malam hari agar tidak terpantau petugas. (bbs/int)

Dua Personil Polres Labuhanbatu Dipecat


TT - Dua personel Polres Labuhanbatu yakni Aiptu RM dan Aipda HMM secara resmi diberhentikan secara tidak hormat, Senin (20/8) di Lapangan Mapolres setempat. Kedua oknum tersebut telah melanggar disiplin karena sudah lama tidak masuk kantor.

Kapolres Labuhanbatu membacakan pengumuman pemecatan.
“Keduanya tidak bertugas lagi sebagai personel Polri terhitung sejak 31 Juli 2018, karena yang bersangkutan melanggar disiplin dan kode etik profesi Polri,” ujar 
Kapolres Labuhanbatu AKBP Frido Situmorang SH SIK pada upacara PTDH di halaman Mapolres Labuhanbatu, Senin (20/8).

Sebagai anggota Polri, sikap disiplin harus mendarah daging. Sebab kewenangan Polri sangat luas. “Marilah kita mengambil hikmah dari pelaksanaan upacara PTDH ini, agar kita selalu berhati-hati dalam mengambil tindakan dan selalu introspeksi diri agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar serta menyimpang dari aturan dan kode etik Polri,” sebut Frido.

Oleh karena itu, tambah Kapolres, setiap personel dituntut untuk dapat meningkatkan disiplin dan mengurangi pelanggaran serta mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

“Mari kita bekerja dengan baik dan ikhlas. Semoga apa yang kita perbuat dan kita laksanakan menjadi ladang amal dan ibadah bagi kita semua,” ujarnya. Informasinya kedua oknum tersebut disebut-sebut hampir setahun tidak masuk kerja.

Dalam upacara PTDH tersebut, kedua personel yang resmi diberhentikan tidak terlihat hadir dalam pelaksanaannya. Turut serta dalam upacara itu, Wakapolres Kompol M Ikhwan Lubis SIK, para Kabag dan Kasat di lingkungan Mapolres Labuhanbatu. (bbs/int)

20.8.18

Bus Masuk Jurang di Sipegepege, 6 Orang Meninggal


TT - Satu unit bus merek CV Sentosa bernomor polisi BK 7136 FY yang dicarter rombongan pesta terjun bebas ke jurang yang curam berbatu-batu di sekitar Jembatan Sipegepege, Desa Lumban Gaol Tengah, Kecamatan Nassau, Tobasa, Sabtu (18/8) lalu. Hingga Minggu sore (19/8), enam penumpang meninggal dunia.

Tim SAR mengevakuasi salah satu korban.
Menurut para korban yang selamat, bus itu berangkat dari Medan pada Jumat (17/8) malam, menuju Desa Sipange, Nassau, Tobasa. Tujuan keberangkatan adalah menghadiri pesta adat Sulang-sulang Pahompu (bukan pesta pernikahan seperti yang ramai tersebar di medsos).

Belum diketahui penyebab pasti bus itu terjun, tapi menurut salah seorang korban yang dirawat di RSUD Porsea, Rianto Sitorus, supir mereka kemungkinan mengantuk.
“Sampai di jembatan Sipege-pege sekira jam 06.00 Wib bus kami terjun ke jurang, kemungkinan supir kami mengantuk,” ujar Rianto sambil meringis kesakitan.

Dia menggambarkan kengerian yang terjadi pada subuh itu. Para penumpang berteriak histeris. Ada yang menjerit, menangis, memohon ampun pada Tuhan, dan selebihnya ia tidak tahu karena kejadiannya berlangsung seperti mimpi. Sampai kemudian ia menyadari sudah berada di rumah sakit.

Beberapa jam kemudian, peristiwa itu tersebar luas di medsos. Warga berbondong-bondong memberikan bantuan. Bupati Tobasa Ir Darwin Siagian dan Kapolres Tobasa AKBP Elvianus Laoli juga ikut turun ke lokasi memimpin langsung proses evakuasi bus dan para korban yang dilakukan tim gabungan.

Tapi penyelamatan berlangsung sulit karena medan yang curam dan sempit. Hingga siang hari sekitar pukul 13.00 Wib, baru 18 orang yang berhasil dievakuasi, dua diantaranya meninggal dunia.

“Sampai sekarang, yang berhasil dievakuasi masih 18 orang. Di dalam bus masih ada korban 4 orang dengan posisi terjepit, yang diduga sudah meninggal. Namun informasi dari keluarga korban, ada 26 orang korban dalam kejadian ini,” kata Bupati Tobasa Ir Darwin Siagian yang diwawancarai bersama Kapolres Tobasa AKBP Elvianus Laoli di lokasi kejadian sekitar pukul 14.00 Wib.

Bupati mengatakan, evakuasi bus dan korban yang jatuh 30 meter di bawah jembatan, sangat sulit. “Kondisinya, mobil terjepit dalam celah batu. Beberapa kali ditarik pakai kren dengan alat berat, belum berhasil,” katanya.

Kapolres menambahkan, informasi dari korban selamat, diduga ada korban yang hanyut saat keluar dari bus. “Informasinya, ada yang keluar saat kejadian. Namun tergelincir dan terbawa arus. Kita sudah lakukan pencarian, dan pasang jaring. Namun belum ditemukan,” ungkapnya.

Setelah bekerja keras, malam hari tepat pukul 21.00 WIB, bus pengangkut rombongan parboru itu baru berhasil diangkat menggunakan dua unit alat berat dan terali jembatan. Bus tersebut tampak diselimuti semak-semak yang terseret saat evakuasi. Dari dalam bus yang diangkat itu, ditemukan 3 korban tewas.

Informasi awal menyebutkan, di dalam bus tersebut ada 4 orang, sehingga 1 orang dinyatakan hilang. “Di dalam bus masih ada 4 orang korban yang sudah meninggal, posisinya terjepit. Tim sudah mengikat badan korban agar lepas dan jatuh ke sungai. Tapi hanya 3 ditemukan saat bus terangkat," kata Bupati Tobasa Ir Darwin Siagian Sabtu malam.

Lalu, Minggu (19/8) pagi, upaya pencarian korban terus dilakukan. Tim SAR diturunkan menyusuri sungai mulai dari titik awal kejadian hingga jarak 3,5 kilometer.

"Informasi jumlah penumpang belum pasti. Ada yang menyebutkan 26, ada yang menyebutkan 35 orang. Namun diyakini masih ada korban hilang. Diduga terbawa aliran sungai. Jadi sekarang kita turunkan dua tim melakukan pencarian di aliran sungai hingga jarak 3,5 km," tutur Torang M Hutahaean, Kepala Pos Pembantu Basarnas Danau Toba, Minggu pagi.

Upaya itu membuahkan hasil. Timsar berhasil mengevakuasi 1 orang korban meninggal saat menyusuri sungai. "Tadi pagi, tim berhasil menemukan satu korban berjenis kelamin wanita di dalam sungai. Dengan medan yang cukup sulit, evakuasi baru berhasil pukul 13.00 WIB," tutur  tutur Torang M Hutahaean.

Dia menjelaskan, korban ditemukan dengan posisi tersangkut kayu di aliran sungai, sekitar 2,3 kilometer dari lokasi kejadian di bagian hilir sungai. Upaya pencarian masih terus dilakukan hingga Minggu sore karena jumlah penumpang bus masih simpang siur.

Kepala BPBD Tobasa Herbet Pasaribu menambahkan, setelah proses identifikasi di Puskesmas Nassau, diketahui bahwa korban Romida br Simorangkir (59), alamat Balai Desa No 20, Dusun I, Helvetia Medan.

Herbet mengatakan, pendataan masih terus divalidkan, termasuk mengenai kepastian jumlah penumpang bus tersebut.

Hingga Minggu sore, jumlah penumpang bus yang sudah berhasil dievakuasi berjumlah 22 orang. Sebanyak 16 orang ditemukan selamat dan dirawat di rumah sakit terdekat, yaitu RSUD Porsea dan RSUD Balige. Sedangkan 6 orang ditemukan meninggal dunia dan masih dalam proses pemberangkatan jenazah ke rumah duka masing-masing di Medan.

"Jumlah penumpang bus tersebut masih belum akurat. Hari ini kita coba data ulang dengan menemui seluruh keluarga korban," ujar Kasat Lantas AKP Lambok S Gultom, Minggu sore. (newtapanuli.com/int)