7.10.17

Lagi-lagi Pembantaian, Dilihatnya Istri Bersama Pria Lain


TobaTimes - Kasus pembantaian terjadi lagi di Kabupaten Tapsel. Motif hampir sama, penyebabnya diduga tentang perselingkuhan. Pembantaian terjadi di Huta Pardomuan, Aek Badak, Kecamatan Sayurmatinggi, Tapsel.

Dalam peristiwa itu, HS (40) warga Huta Pardomuan, Kecamatan Sayurmatinggi kritis usai dibantai pelaku IL (34) warga Desa Sayur Matinggi, Jumat (6/10) dini hari sekira pukul 03.00 WIB.

Korban pembantaian saat ditangis para medis.

Informasi dihimpun dari Kasat Reskrim Polres Tapsel AKP Isma Wansa, pembantaian itu terjadi saat korban ketahuan tengah berduaan dengan istri pelaku berinisial I br H.

Saat itu, korban yang sehari-harinya bekerja sebagai petani ini sedang berada dalam kamar rumah korban bersama istri pelaku.

Menurut I br H kepada polisi, dia sudah lama pisah ranjang dengan pelaku atau sekitar Juni 2017 lalu. Sebelumnya, Kamis (5/10) sekira pukul 19.00 WIB, dia mendatangi rumah korban. Tidak hanya I br H. Temannya berinisial H br N bersama selingkuhannya juga berada di rumah itu.

Tepatnya Jumat dini hari sekira pukul 03.00 WIB, pelaku mengetahui perselingkuhan istrinya dan mendatangi kediaman korban. Dia langsung mendobrak pintu.

Melihat istrinya bersama pria lain, pelaku kalap dan langsung membantai korban pakai parang dan gunting. Aksi brutal pelaku tidak berhenti sampai di situ. Dia kemudian mengambil botol dan menghantam kepala korban. Korban lalu terjatuh. Dia tersungkur bersimbah darah. Melihat itu, pelaku langsung melarikan diri.

“Korban mengalami luka berat dan masih dirawat di rumah sakit (RSUD Kota Padangsidimpuan,” ungkap Kasat Reskrim Polres Tapsel AKP Isma Wansa.

Untuk motif pembantaian, sesuai pengakuan istri pelaku yang kini dijadikan sebagai saksi, pelaku merasa cemburu karena mendengar istrinya akan menikah lagi dengan korban.

“Sampai saat ini unit Reskrim Polsek Batang Angkola dan Buser Polres Tapsel sedang melakukan pengejaran untuk menangkap pelaku,” pungkasnya.

Korban tak menyangka, hubungannya dengan I br H membawa petaka. Apalagi peristiwa berdarah itu terjadi dini hari dan di rumanya sendiri, saat dia sedang terlelap.

Menurut korban, wanita yang dicintainya itu sudah ditalak III oleh suami sah-nya (pelkau, red). Dengan alasan itu pula, korban mengaku lebih leluasa berhubungan dengan istri pelaku.

“Dia kan sudah cerai, talak tiga, tinggal jidarnya bulan tiga ini,” katanya menyampaikan alibi dalam menjalin hubungan terlarang dengan istri pelaku.

Ditanya bagaimana cara pelaku masuk ke dalam rumah, korban mengaku dengan cara mencongkel pintu. “Saat dia masuk, saya masih tidur. Saya kaget dia langsung menghantamkan parang ke saya. Saat itu istrinya masih nangis-nangis,” tambanya.

Korban juga mendapat sabetan pada punggung dan hantaman benda tumpul pada mata kirinya. Saat peristiwa itu terjadi, tak ada yang melerai hingga korban kritis dan dilarikan ke rumah sakit. (bbs/int)

6.10.17

Sebelum Bunuh Diri, Begini Isi Surat Ayah Kepada Anak-anaknya...


TobaTimes - Seorang ayah bernama K Sihaloho (29) mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Diduga, aksi nekat itu dilakukannya karena himpitan ekonomi. Warga Dusun 1 Lumban Sirait, Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata, Tobasa, itu ditemukan tergantung dengan tali ayunan di rumahnya, Rabu (4/10/17) pagi.

Rumah korban bunuh diri ramai dikunjungi warga.
Orang pertama yang melihat jasad korban adalah istrinya Br Gultom. Saat bangun pagi, Br Gultom kaget menyaksikan suaminya sudah tergantung di ruang tengah. Sambil histeris dia memanggil tetangga untuk menurunkan korban, tapi suaminya sudah tiada.

Di sekitar lokasi penemuan jasad korban, ditemukan surat yang diduga ditulis korban sebelum mengakhiri hidupnya. Demikian penggalan isi surat itu:

Aku tidak butuh apa-apa lagi di dunia ini. Aku hanya ingin kalian semua anak-anak aku jadi orang sukses, biar gak seperti aku ini, hanya budak yang tidak tau diri.

Selain tulisan di kertas, almarhum juga meninggalkan pesan melalui tulisan dalam kaos oblong warna putih yang berbunyi: Hati yang terluka, siapa aku ini 7 haloho naso marina marama apa budak bukan manusia pelengkap saja aku. Seorang budak kasih kerja biar bisa makan. Aku bukan apa2 di dunia ini hanya orang yang tak tau diri.

Kepala Desa Sigapiton JE Gultom membenarkan kejadian itu. “Biasalah, masalah keluarga. Tetapi si korban langsung mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri,” katanya.

Kanit Reskrim Iptu D Habeahan mengatakan, kejadian murni bunuh diri. "Pihak keluarga sudah membuat surat pernyataan tidak bersedia diotopsi, yang ditandatangani istri almarhum, mertuanya serta Kepala Desa Sigapiton,” katanya. (bbs/int)

Ngeri! Anggota DPRD Tewas Mengenaskan Saat Salurkan Hobi


TobaTimes - Anggota DPRD Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), H Syaiful Iqbal Ashofa SH (40), ditemukan tewas mengenaskan, Kamis (5/10/17) sore, pukul 16.00 WIB. Dia kehilangan nyawa saat menyalurkan hobinya berolahraga paralayang di Gunung Banyak, Kecamatan Songgokerto, Kota Batu, Malang.

Syaiful Iqbal Ashofa
Korban terjun bebas dari ketinggian sekitar 20-an meter, setelah parasutnya melintir karena diterpa angin kencang yang tidak beraturan (turbulensi).

Syaiful, warga Jalan Tenggamus, Kelurahan Muara Dua, Kecamatan Prabumulih Timur yang punya lisensi olahraga ekstrem itu tak dapat mengendalikan parasutnya. Akibatnya, tubuhnya meluncur deras ke bawah.

“Kepala belakangnya terluka parah,” kata salah seorang penjaga launching paralayang bernama Imam (32) yang ikut menemani jenazah korban sebelum dijemput pihak keluarganya.

Dijelaskan, korban mengudara (take off) pukul 16.00 WIB, dengan estimasi waktu 10-15 menit. Lalu angin berhembus kencang dan korban hilang kendali. “Tubuhnya tersangkut di pohon pinus, helmnya lepas, dan dia jatuh ke aspal jalan dari ketinggian 20 meter,” bebernya di RSU Karsa Husada, Kota Batu.

Nyawa anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan Muara Enim itu pun tak tertolong. Kasatreskrim Polres Batu, AKP Daky Dzul Qornain, menjelaskan, pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Dugaan sementara, korban terjatuh dari ketinggian akibat parasut yang melilit. Penyebabnya kemungkinan besar karena diterpa angin besar. Salah satu risiko paralayang yakni ketika angin tidak beraturan.

“Untuk pastinya, kami masih lakukan penyelidikan,” ungkap Daky, tadi malam. Sementara itu, Setyohadi, petugas RS Paru Karsa Husada, menjelaskan, korban masuk ke RS, pukul 16.40 WIB.

Saat tiba, kondisi sudah meninggal. Luka terparah korban pada kepala bagian belakang. Diduga karena memang dia terjatuh ke aspal jalan di kawasan Songgoriti.

Diketahui, Syaiful berlibur ke Malang sejak Rabu (4/10/17). Karena hobi olahraga paralayang, kemarin dia pergi ke Gunung Banyak untuk berlatih. Namun secara detail dia belum mengetahui kronologinya. (bbs/int)
 

5.10.17

Pembantaian Berdarah, Polisi Cari Hp Membuktikan Perselingkuhan


TobaTimes - Kasus pembantaian pasangan suami istri di Sipirok terus diselidiki. Polisian kini mencari handphone (Hp) milik istri almarhum sebagai petunjuk apakah motif perselingkuhan benar atau tidak.

Istri korban pembantaian di Sipirok.
Soalnya, istri almarhum Helmy Dayanti Harahap (25) yang masih dirawat di Rumah Sakit Adam Malik Medan membantah pernyataan pelaku Riski Herianto yang menyatakan bahwa ia membunuh korban karena ketahuan selingkuh dengan istrinya. Dayanti mengaku tidak mengenal pelaku.

“Istri korban dirawat di Adam Malik. Kemarin sudah kita periksa. Sementara pengakuan soal perselingkuhan itu belum ada dari korban,” kata Ismawansa.

Sementara masalah handphone dimunculkan sebagai barang bukti dalam kasus ini karena handphone tersebut diduga digunakan untuk hubungan komunikasi antara pelaku dan istri korban.

“Itu masih dalam penyelidikan kita. Ada beberapa barang bukti yang kita cari termasuk handphone. Motif perampokan belum. Barang berharga tidak ada yang hilang,” ungkap Kasat Reskrim menyahuti pertanyaan wartawan terkait bukti pesan singkat atau telepon, dalam hubungan komunikasi antara pelaku dengan istri almarhum.

Ismawansa menerangkan, polisi masih akan terus mencari beberapa alat bukti dan petunjuk dalam kasus ini.

Bukan itu saja, adanya dugaan pelaku pengguna Narkoba, hal itu juga diakui langsung oleh pelaku. Bahkan sebelum pelaku membantai Pasutri itu, Riski lebih dulu menggunakan sabu.

“Sebelum melakukan pelaku juga lebih dulu menggunakan narkoba sabu, jadi memang kuat ada pengaruh narkoba yang membuat pelaku nekat,” tukasnya saat melakukan pemaparan di Mapolres Tapsel, Kamis (5/10).

Sebelumnya, Helmi Dayanti (25), korban yang ikut dibantai pelaku dan menewaskan suaminya Parlindungan Siregar, mengaku sama sekali tidak mengenal Riski Herianto. Padahal, pelaku sendiri mengaku menjalin hubungan dengan wanita yang masih mendapat perawatan di salah satu rumah sakit di Medan. (bbs/int)

BACA JUGA
1. Pembantaian Berdarah di Sipirok, Suami Tewas, Istri Sekarat
2. Di Balik Aksi Pembantaian Suami-istri Itu Ada Kisah Asmara Gelap

4.10.17

Sedih, Melawan Rampok, Kakek Terserang Jantung dan Meninggal


TobaTimes - Seorang kakek berusaha menghalau perampok dan mencoba melawannya. Aksi pencurian terjadi di rumahnya di Jalan Imam Bonjol, Siborang, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Rabu (4/10/17) dini hari sekira pukul 03.00 WIB. Tapi perlawanan sang kakek berakhir duka. Ia terkena serangan jantungdan meninggal.

Korban ketika disemayamkan di rumah duka.
Kakek tersebut, Pandapotan Lubis (56), meninggal usai ‘bertarung’ melawan pelaku yang berusaha mengambil harta berharga miliknya. Saat korban berusaha mengejar pelaku dia terjatuh dan akhirnya meninggal.

Menurut informasi, ketiga pelaku perampokan itu adalah Irfan Pulungan, Rusdi Nasution dan Ivan Pulungan, ketiganya masih remaja. Mereka merencanakan perampokan itu di salah satu warung internet (warnet). Mereka sering nongkrong dan menghisap lem di kolong Jembatan Siborang.

Pelaku bernama Irfan bertugas mencongkel jendela kamar korban dengan menggunakan alat berupa obeng. Setelah jendela terbuka, Irfan dan rekannya Ivan Pulungan masuk ke dalam kamar. Sedangkan Rusdi Nasution bertugas menunggu di luar rumah untuk memantau situasi.

Setelah berada di dalam rumah, mereka menuju lemari dan menggasak harta berharga di dalamnya. Mereka berhasil mengambil uang. Namun korban terbangun dan langsung berteriak ‘maling, maling’ hingga bikin keduanya berusaha melarikan diri.

Sempat terjadi aksi saling tarik-menarik antara pelaku dan korban, namun ayah dari lima anak itu terjatuh. Dalam perjalanan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan, ia menghembuskan nafas terakhir.

“Dipastikan karena serangan jantung, korban sempat tarik-tarikan dengan pelaku. Sempat juga (korban) tadi di bawa ke rumah sakit, tapi di perjalanan sudah meninggal,” kata Kasat Reskrim Polres Kota Psp AKP Zul Efendi.

Zul Efendi mengatakan, kedua pelaku Irfan Pulungan dan Rusdi Nasution sudah diamankan, sementara Ivan masih dalam pengejaran. Polisi mengamankan barang bukti berupa uang Rp14.200.000 dari TKP dan uang sebesar Rp3.400.000 dari tangan pelaku Rusdi Nasution. Korban yang meninggal dunia telah dimakamkan di TPU Silandit, usai sholat Dzuhur pada hari yang sama. (bbs/int)
 

3.10.17

Wow! Ular Piton Lemas Usai Telan Seekor Kambing, Ini Fotonya...


TobaTimes - Seekor ular piton sepanjang 6 meter dengan perut mengembung terkapar dan lemas setelah menelan seekor kambing. Ular itu menjadi tontonan warga Desa Banjar Aur Utara, Kecamatan Sinunukan, Kabupaten Madina.

Ular piton lemas setelah menelan seekor kambing.
Menurut sejumlah warga, ular piton diduga sudah sering memangsa ternak warga. Sebab banyak warga selalu kehilangan ternak. Berat ular diperkirakan mencapai sekitar 50 kilogram. Setelah menjadi tontonan, warga sepakat melepas piton itu ke hutan.

Sesuai informasi, Senin (2/1) pagi sekira pukul 09.00 WIB, salah seorang warga bernama Zuber Rambe (50) dan beberapa warga lain hendak ke kebun dan tiba-tiba dikagetkan seekor ular piton tengah lemas.

Ular itu berada di bantaran anak sungai. Berbekal peralatan kebun berupa tali, parang dan karung, Zuber yang juga dikenal mahir dalam menaklukkan (pawang) ular ditemani warga lainnya bergegas cepat, lalu melumpuhkan kepala ular yang masih berproses mencerna makanan.

Dengan karung goni, mereka menutup kepala ular dan kemudian mengikatnya. Lalu mengangkat ke permukaan. Ular itu diduga telah menelan kambing dewasa milik Gembira Harahap yang hilang pada malam hari itu. “Mau dijual tapi tidak mau orang sana, terlalu besar kata orang itu,” kata Faisal Hasibuan, warga yang juga merupakan tokoh pemuda di kecamatan itu.

Selanjutnya, ular dilepas ke dalam hutan yang juga berdekatan dengan perkebunan di Desa Air Apa, Kecamatan Sinunukan. Alasan warga mengembalikan ular ke hutan adalah, karena takut akan memberatkan warga sekitar nantinya jika harus membunuhnya.

“Ada risih, kasihan juga. Jadi dilepaslah ke dalam hutan. Tapi sudah jauh dari lingkungan permukiman. Mudah-mudahan tidak mengganggu lagi,” ujar Faisal. (sumber berita di sini)

Oh...Anakku, Tolong...! Anakku Terbakar...


TobaTimes - Peristiwa tragis dialami seorang balita berusia dua tahun enam bulan bernama Chandra Syahputra. Ia tewas terpanggang setelah rumah orangtuanya di Kelurahan Sei Raja, Kecamatan Sei Tualang Raso, Tanjungbalai, Jumat (29/9) sekira pukul 11.00 WIB terbakar. Nyawa bocah malang itu tidak dapat diselamatkan karena seluruh tubuhnya ‘dijilat’ api.

Ilustrasi.

Biah (34), ibu korban, tak kuasa menahan tangis. Ia menjerit histeris menangisi anaknya yang meninggal dijilat api. "Oh, anakku, anakku," rintihnya.

Menurut informasi, peristiwa naas yang menimpa anaknya bermula saat mereka lagi nonton tv bersama Emi yang merupakan ibunya (nenek dari korban). Tiba-tiba nenek Emi bangkit dari tempat duduk menuju belakang rumah dan mengambil jeregen berisik bensin dan meletakanya diatas dinding rumah yang terpasang meteran listrik.

Tiba-tiba kabel listrik yang terdapat pada dinding rumah mengeluarkan percikan api dan menyambar jerigen berisi minyak bensin. Menyaksikan kejadian itu Emi dan Biah bergegas ke belakang rumah untuk mengambil air guna memadamkan api. Namun saat itu Biah lupa membawa anaknya yang masih ada di ruang tamu. Api yang membesar ternyata menyambar Chandra hingga seluruh tubuhnya terbakar.

“Saya menjerit minta tolong kepada warga yang berada di sekitar tempat tinggal kami,” kata Biah terbata-bata.

Tak lama kemudian warga datang untuk memberikan bantuan. Menyaksikan korban terbakar warga langsung membawa korban ke RSUD Dr Tengku Mansyur Tanjungbalai untuk dilakukan penanganan medis. Namun akibat luka bakar yang dideritanya cukup parah, nyawa Chandra tidak dapat ditolong.

Sementara Nasib, kakek Chandra, mengatakan, peristiwa yang menimpa cucunya Chandra semuanya karena takdir dan semuanya itu datang dari Allah. “Pagi tadi cucu ku itu sehat dan makan bersama orang tuanya. Namun ajalnya tiba apa mau kita lakukan. Kita hanya bisa berserah kepada Allah. Saat ini ayah cucuku itu sedang bekerja di luar negeri sebagai TKI.

Sementara Kasat Reskrim Polres Tanjungbalai AKP Hery Sopyan dan KBO Ipda HJ Parapat beserta jajaran dan Kapolsek Sei Tualang Raso Tanjungbalai Iptu Mauluddin, Camat Sei Tualang Raso Maspar Suryadi SAg MM, Lurah Sei Raja Asmui Abdulah dan tokoh masyarakat H Ganti Panjaitan mengucapkan turut berduka dan berlangsungkawa atas meniggalnya seorang bocah anak dari saudara Daman dan Biah.

Kapolsek Sei Tualang Raso Tanjungbalai Iptu Mauluddin menyatakan pihaknya lagi melakuan penyelidikan. “Berhubung keluarga masih shock kita cukupkan dulu pada penyelidikan saja,” ujar Mauluddin.

Setelah mendapat kabar insiden tragis yang menewaskan putranya, Daman (36) ayah dari Chandra Syahputra (2 tahun 6 bulan) yang tewas terpanggang di rumahnya langsung pulang ke Tanjungbalai. Setelah Daman sampai, jenazah bocah malang itu dimakamkan di pemakaman muslim di Kecamatan Sei Tualang Raso.

Itu dikatakan Nasib kakek dari Chandra, Sabtu (30/9). Nasib mengatakan, setelah kejadian yang menimpa cucunya pihak keluarga telah mengabari Daman atas peristiwa yang menimpa Chandra.

“Ayah dari almarhum cucuku sudah pulang. Saat ini dia bekerja sebagai TKI di Malaysia. Kami langsung mengabari peristiwa yang menimpa cucuku itu pada ayahnya. Katanya si Daman akan pulang sebelum pemakaman. Jenazah cucuku dimakamkan di pemakaman umum di Kecamatan Sei Tualang Raso,” ucap Nasib.

Nasib mengatakan, pihak keluarga sudah pasrah dengan insiden yang menewaskan cucunya tersebut. “Apo mau dibilang, sudah begini suratan takdirnyo. Kalau sodih ya sodih lah semuo keluarga. Tapi ondak bagaimana kalau sudah itu suratan takdir dari Allah,” ucapnya dengan wajah sedih.

Sementara Baih (34) masih tampak shock dengan peristiwa yang menewaskan anaknya. Baih hanya bisa menangis meratapi jenazah anaknya. Ia tidak menyangka anaknya tewas dengan cara sangat sangat tragis. Namun Baih belum bisa dimintai keterangan terkait pristiwa tersebut. (bbs/int)

2.10.17

Terharu, Lampu Teplok Membuatnya Bercita-cita jadi Presiden


TobaTimes - Sebuah dusun bernama Toba Holbung, Desa Siregar Aek Nalas, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) kini belum dialiri listrik. Setiap malam, desa itu diselimuti kegelapan.

Belajar dengan lampu teplok.
Selain itu, jalan menuju dusun itu juga rusak parah, sulit dilalui. Tersebutlah seorang anak Martahan Butar-butar (9), siswa Kelas 3 SD Negeri Marom, mengau sulit mengenyam pendidikan di kampung merkeka. Selain sulit belajar malam hari, jarak yang yang ditempuh ke sekolah juga sangat jauh.

"Bila kumpul teman-teman di sekolah, mereka cerita film anak-anak (kartun, red) yang mereka tonton di rumah masing-masing. Saya menikmati ceritanya walaupun sebatas cerita," katanya.

"Saya ingin seperti mereka bisa belajar dan nonton film agar tidak hanya dengar cerita," katanya lagi.

Saking sedihnya belajar tiap malam dengan lampu tepplok, Martahan mengaku bercita-cita ingin jadi presiden, supaya bisa membangun listrik di pelosok dan memperbaiki jalan.

Rical Sirait (27), warga lain, mengatakan bahwa mereka sangat berharap dapat menikmati listrik. Ada 15 rumah tangga dan berpenduduk sekitar 70 jiwa yang membutuhkan penerangan listrik.

"Selama ini kami belum bisa menikmati arti daripada kemerdekaan. Kami memohon supaya pemerintah pusat maupun daerah segera mendengar jeritan kami," harap Rical. (sumber: newtapanuli)

1.10.17

Ayah Bunuh Putri Kandung, Dikubur di Samping Rumah


TobaTimes - Seorang ayah tega menghabisi putrinya sendiri dengan cara menggorok lehernya. Peristiwa terjadi April 2017 lalu dan tersimpan rapi selama 5 bulan. Di akhir September kemarin, kasus sadis itu akhirnya terungkap. Saat sang ayah ingin menguburkan jasad putri yang telah dibunuhnya, ia menyuruh putrinya yang lain, adik korban, untuk mengangkat jenazah itu.

Ayah pembunuh anak diborgol polisi.
Polisi mendapatkan laporan dari kakek korban akhirnya meluncur ke lokasi kejadian di Dusun Aek Lobu, Desa Danau Pandan, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Kamis (28/9/17) pukul 14.30 WIB. Ayah berdarah dingin itu ditangkap tanpa perlawanan. Kepada polisi, pelaku mengakui perbuatannya.

Paur Subbag Humas Polres Tapteng Aiptu Hasanuddin Hasibuan kepada wartawan, Jumat (29/9/17), mengatakan, pembunuhan sadis itu terjadi karena korban bernama Safrida Batee (22) menolak diajak ayahnya memanen daun nilam. Antonius mendatangi kamar putrinya dengan membawa sebilah pisau. Selanjutnya Antonius mendatangi korban ke kamar korban dengan membawa sebilah pisau pemotong nilam lalu menggorok leher korban di dalam kamar tidur korban.

Esok harinya, Selasa (18/4/17) sekira pukul 06.00 WIB, Antonius menyuruh anaknya, RB, yang masih berumur 14 tahun, mengangkat jasad korban untuk dikuburkan di samping rumah mereka. Namun RB mengatakan tidak mampu mengangkat jasad kakaknya dengan alasan terlalu berat, dan akhirnya Antonius-lah yang mengangkat jasad putrinya yang telah dibunuhnya itu. (bbs/innt)

“Antonius mengangkat mayat korban dengan cara memundak dan kemudian langsung mengubur korban di samping kanan rumahnya dengan jarak sekitar seratus meter,” ujar Aiptu Hasanuddin Hasibuan.

Takut dibunuh ayahnya, 3 minggu kemudian sejak peristiwa itu, RB merantau ke Pulau Nias. Sementara, 2 adik RB yang masih berumur 13 tahun dan 6 tahun, tetap tinggal bersama ayahnya di rumah mereka.

Lalu pada Rabu (13/9/17) sekira pukul 15.00 WIB, kakek korban, Yafeti Batee (74), menghubungi RB yang telah berangkat ke Pulau Nias melalui sambungan telepone selular dan mempertanyakan keberadaan cucunya, Safrida. Sebab saat Yafeti ke rumah Antonius dan menanyakan kenapa Safrida tidak pernah kelihatan, Antonius mengatakan bahwa Safrida bersama RB merantau Pulau Nias.

“Kakek korban menelepon RB menanyakan keberadaan korban, apakah ikut dengan RB ke Pulau Nias. Lalu RB mengatakan kakaknya Safrida sudah dibunuh bapak mereka. Selanjutnya, kakek korban menyuruh RB pulang dari Nias dan pada Kamis (28/9/17), RB tiba di Sibolga. Kemudian, pukul 10.00 WIB, RB bersama kakeknya membuat pengaduan ke Polsek Pinangsori,” jelas Aiptu Hasanuddin.

Berdasarkan laporan dan keterangan tersebut, Kasat Reskrim dan Kanit Reskrim Polsek Pinangsori berserta tim gabungan melakukan kordinasi degan kepala desa dan kepala dusun untuk mengetahui keberadaan pelaku. Antonius berada di rumahnya di puncak gunung Danau Pandan yang memakan waktu 4 jam perjalanan untuk bisa tiba di sana.

“Kamis (28/9) pukul 14.30 WIB, tim yang dipimpin Kasat Reskrim berangkat dari Polsek Pinangsori. Setelah menempuh perjalanan naik turun gunung selama 4 jam, tim tiba di dekat rumah pelaku. Akhirnya pelaku ditangkap di rumahnya tanpa perlawanan,” ujarnya.

Usai menangkap pelaku, dilakukan interogasi dan pelaku pun menunjukkan kuburan putrinya itu yang berjarak puluhan meter dari rumahnya.

Sekarang tersangka sudah diamankan di Polsek Pinangsori dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk sementara, tersangka dikenakan Pasal 338 KUHP hukuman penjara maksimal 15 tahun,” ucap Aiptu Hasanuddin. (bbs/int)

Ayah Bunuh Putri Sendiri, Adiknya Disuruh Ngangkat Jenazahnya


TobaTimes - Seorang ayah tega menghabisi putrinya sendiri dengan cara menggorok lehernya. Peristiwa terjadi April 2017 lalu dan tersimpan rapi selama 5 bulan. Di akhir September kemarin, kasus sadis itu akhirnya terungkap. Saat sang ayah ingin menguburkan jasad putri yang telah dibunuhnya, ia menyuruh putrinya yang lain, adik korban, untuk mengangkat jenazah itu.

Pelaku pembunuh anak diborgol polisi.

Polisi mendapatkan laporan dari kakek korban akhirnya meluncur ke lokasi kejadian di Dusun Aek Lobu, Desa Danau Pandan, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Kamis (28/9/17) pukul 14.30 WIB. Ayah berdarah dingin itu ditangkap tanpa perlawanan. Kepada polisi, pelaku mengakui perbuatannya.

Paur Subbag Humas Polres Tapteng Aiptu Hasanuddin Hasibuan kepada wartawan, Jumat (29/9/17), mengatakan, pembunuhan sadis itu terjadi karena korban bernama Safrida Batee (22) menolak diajak ayahnya memanen daun nilam. Pelaku adalah petani nilam, sumber penghasilan bagi keluarga ini. Sedangkan istri pelaku sudah terlebih dulu meninggal dunia.

“Pelaku bernama Antonius Batee menggorok leher putri kandungnya hingga tewas. Itu terjadi Senin (17/4) sekitar pukul 18.00 WIB,” ujar Aiptu Hasanuddin Hasibuan.

Cerita pelaku kepada polisi bahwa awalnya korban baru pulang jalan-jalan. Sampai di rumah, Antonius bertanya pada putrinya darimana saja dia. Korban menjawab bahwa dia baru pulang jalan-jalan. Kemudian, Antonius mengajak putrinya ke kebun untuk mengambil daun nilam. Namun korban menolak.

“Malas aku, Pak. Jangan paksa aku,” ujar korban seperti yang ditirukan Antonius kepada polisi.

"Kalau kau tidak mau, kugorok nanti lehermu,” ujar pelaku membalas perkataan putrinya.

Korban menjawab “bunuhlah kalau berani”.

Dan, tak berapa lama usai percakapan itu, Antonius mendatangi kamar putrinya dengan membawa sebilah pisau. Selanjutnya Antonius mendatangi korban ke kamar korban dengan membawa sebilah pisau pemotong nilam lalu menggorok leher korban di dalam kamar tidur korban.

Hingga esok harinya, Selasa (18/4) sekira pukul 06.00 WIB, Antonius menyuruh anaknya, RB, yang masih berumur 14 tahun, untuk mengangkat jasad korban untuk dikuburkan di samping rumah mereka. Namun RB mengatakan tidak mampu mengangkat jasad kakaknya dengan alasan terlalu berat, dan akhirnya Antonius-lah yang mengangkat jasad putrinya yang telah dibunuhnya itu. (bbs/int)