Lungun Nai, Bangun Kau Boru, Bangun Kau Nak...
TobaTimes, Tapteng - Fitri Hiskya Lumban Gaol (2,5), tewas ditabrak sebuah truk jenis cold diesel BB8426MB, pengangkut es milik CV Yakin. Kejadian di jalan Sibolga-Psp Sidempuan, Sarudik, Tapanuli Tengah, Senin (27/2) sekira pukul 10.00 WIB.
Suasana rumah duka. |
Posisinya tepat berada di bawah ban belakang sebelah kiri truk tersebut. Dari mulutnya keluar buih putih. Tantenya, yang mereka sangka sebagai ibu korban langsung menggendong korban dan melarikannya ke rumah sakit. "Berdarah-darah digendongnya. Keluar putih-putih dari mulutnya," ungkapnya.
Sekira pukul 14.00 WIB, Polantas Polres Tapteng melakukan olah TKP yang dipimpin langsung oleh Kasat Lantas AKP Yusuf. ianto, yang turut hadir pada olah TKP tersebut menyebutkan bahwa dia baru saja bermuat dan hendak ke tangkahan mengantarkan es yang dibawanya. Dia sempat kaget yang melihat korban tiba-tiba muncul dari arah toko foto copy hendak menyebarang. Dia mencoba membanting setir ke kanan dan memijak keras rem. Dan posisi truk saat itu menyilang ditengah jalan. "Aku baru dari gudang bermuat. Dari sini dia datang, kuputarlah setirku ke kanan dan rem kupijak sampai berhenti," terang Rianto kepada petugas.
Dia merasa bagian pintu samping kirinya mengahantam bocah tersebut dan tergeletak dibawah ban belakang. "Sebelah kiri ini kena. Dia, diban belakang inilah pas," ucapnya dengan rasa takut dan trauma dengan kejadian tersebut.
Kasat Lantas AKP Yusuf membenarkan kejadian tersebut. Diterangkannya, dari hasil pemeriksaan merekan korban mengalami luka yang cukup parah. "Luka patah tangan sebelah kiri, memar pada pinggang, kaki kanan patah. Dan robek pada alat kelamin," kata Yusuf.
Usai dimandikan di rumah sakit, jenazah Fitri Hiskya Lumban Gaol akhirnya dibawa ke rumah duka di jalan Rogate, Kelurahan Angin Nauli, Kecamatan Sibolga Utara untuk disemayamkan.
Kesedihan mendalam tampak pada wajah seluruh keluarga. Tak hanya itu, para pelayat juga ikut meneteskan air mata melihat tubuh bocah 2,5 tahun tersebut terbujur kaku ditengah-tengah ruangan.
Yang paling bersedih adalah Anti, tante korban yang selama ini dipanggil dengan sebutan Bunda oleh korban dan saudaranya yang lain. Ternyata, Anti adalah orang yang paling dekat dengan korban. Kepergian Fitri tampaknya belum dapat dia terima. Bahkan, pakaiannya yang sudah berlumuran darah anak kakak kandungnya tersebut belum dia ganti, masih melekat di tubuhnya.
Tangis Anti yang duduk disebelah kiri jenazah memenuhi ruangan. Dia merasa sangat bersalah atas kejadian tersebut. "Pipin (panggilan sehari-hari Fitri, red) kenapa kau lepaskan tanganku tadi. Lihatlah darahmu ini, di celanaku ini," isaknya sambil mencium wajah keponakannya tersebut.
Dia bahkan masih ingat sebelum kejadian, korban sempat memintanya memeluk dan menciumnya. Kenangan tersebut menambah pedih rasa hatinya. "Peluk dulu aku, cium dulu aku bunda katanya tadi, oh Tuhan. Pipin bangun kau nak, bangun kau boru," serunya menangis sejadi-jadinya tak kuat mengingat kenangan tersebut.
Di samping kiri Anti, duduk nenek korban yang juga menangis seraya tidak percaya kalau cucunya tersebut sudah tiada. Dia masih ingat, kalau korbanlah yang sering menemaninya. "Lungun nai. Ise be manogu au, ise be mangajak au tu ginjang (seding kali. Siapa lagi yang memegang-megang aku, siapa lagi yang mengajak aku ke atas," serunya sambil menangis keras.
Sementara, di sebelah kanan jenazah, Murni Pandiangan, ibu korban tak banyak bersuara.
Sambil memeluk kakaknya yang ada disebelah kanannya, dia tak kuat menerima kenyataan tersebut. "Sudah pergi dia kak," isaknya memandang wajah korban yang sudah terbujur kaku didepannya.
Menurut warga, korban adalah anak pendiam dan pintar. Kalau datang ke rumah amangtuanya (abang ayahnya, red) yang menjadi rumah duka saat ini, korban sering menyapu. "Rumah abang bapaknya ini. Kalau mereka tinggal di Parombunan (jalan Jetro Hutagalung). Kalau datang kesini, biasanya menyapunya itu. Pandiamnya ini, anak ini," kata seorang pria. (TT/int)