TobaTimes, Jakarta - Akses menuju Danau Toba terus dicari solusi tercepat, termurah, dengan impact (dampak) yang paling produktif dan ekonomis. Itulah cara yang paling masuk akal dan bisa membuat danau vulkanik terbesar dan terdalam di dunia itu cepat hidup dan berkembang sebagai destinasi kelas dunia.
|
Kawasan Danau Toba. |
“Langkah aktivasi jalur kereta dari Medan ke Pematangsiantar 127 kilometer via Lubuk Pakam dan Tebing TInggi juga segera diaktivasi,” kata Hiramsyah Sambudy Thaib, Ketua Pokja Percepatan 10 Bali Baru Kemenpar, Senin (31/10).
Dari sisi akses, progressnya terlihat oke. Itu terlihat dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri terkait Danau Toba, terkini. Saat ini, terdapat jalur kereta api lama dari Medan-Siantar yang berada di bawah pengelolaan Divisi Regional I (Sumatera Utara dan Aceh). Di jalur tersebut saat ini beroperasi kereta Siantar Express dengan frekwensi satu kali setiap hari. “Jika jalur ini diteruskan ke Parapat, maka bisa menjadi alternative akses ke Danau Toba dari Medan dan Kualanamu. Itu akan sangat mungkin karena jaraknya tinggal 40 km lagi,” timpal Arie Prasetyo PIC Danau Toba Kemenpar.
Terkait rencana jalur kereta api tersebut, Arie mengaku telah melakukan koordinasi dengan Kemenhub. Hasilnya? PT KAI telah menyusun proposal dan studi inception report untuk jalur kerata api Medan-Danau Toba. Keseriusan Kemenpar untuk membangun 3A, Akses, Atraksi dan Amenitas memang tidak tanggung-tanggung di Danau Toba.
“Tahun 2017 pembangunan fisik terkait 3A itu sudah mulai, Badan Otorita sudah akan bekerja untuk mewujudkan Danau Toba sebagai the world class tourism destination,” kata Menpar Arief Yahya.
Danau Toba, adalah satu dari tiga kawasan 10 Bali Baru yang mendapatkan prioritas pembangunan infrastruktur seperti aksesabilitas jalan, penyediaan akses baku, sanitasi, terus bergerak memacu pembangunan kawasan wisata. Dari mulai akses, atraksi dan amenitas, semuanya terus digenjot dari hari ke hari. Semua lini semakin bersemangat untuk cepat-cepat menyulap Danau Toba menjadi objek wisata berkelas dan dipromosikan besar-besaran di mancanegara.
“Kami serius menggarap Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Kami sudah mengajak stakeholder melihat bagaimana Tiongkok mendesain landscape dan memoles wajah Danau West Lake di Hangzhou. Danau Toba lebih besar, lebih jernih airnya, lebih dalam, lebih berpotensi, jika digarap serius dan kompak. Danau Toba adalah danau nomor dua terbesar setelah Victoria Lake di Afrika. Itu potensi yang luar biasa, baik alam maupun budayanya,” sambung Hiramsyah.
Dan faktanya, banyak keistimewaan Danau Toba yang layak dijadikan tujuan wisata kelas dunia. Pulau Samosir misalnya. Pulau yang berada di tengah Danau Toba itu mempunyai luas 64 ribu hektare. Luasnya tidak kalah dengan Singapura. Culture-nya? Jangan ditanya lagi. Dari mulai tampilan rumah adat, seni budaya, makam raja-raja Batak, semuanya ada di sana. Ibarat memesan makanan di restoran siap saji, Anda dapat menemukan wisata alam, budaya, sejarah, kuliner, hingga spiritual sekaligus.
Tak ingin menyia-nyiakan potensi besar tadi, tim Pokja Percepatan 10 Bali Baru langsung bergerak cepat menggandeng semua pihak untuk mempercepat pembangunan akses, atraksi dan amenitas. Dan saat ini, semuanya sedang running.
Amenitasnya? Juga ikut digeber. Dari paparan Arie, pada 24-25 Oktober 2016, tim Konsultan Aedas telah melakukan kunjungan lapangan ke Kawasan Otoritatif 600 ha di Tobasa. Dari hasil kunjungan lapangan itu, tim Aedas akan langsung menyiapkan materi visioning masterplan yang akan dipresentasikan dalam Rapat Tingkat Menteri terkait Danau Toba. “Jadwal rapat tingkat menteri masih tentatif. Sekitar 15 November 2016,” tambahnya.
Atraksinya? Disinkronkan dengan hasil kunjungan Menpar Arief Yahya dan Tim Danau Toba ke Xi Hu, Hangzhou Tiongkok. Hal yang sangat wajar mengingat Danau di Hangzhou itu adalah satu dari 7 destinasi paling indah di Tiongkok. Selain itu, Xi Hu juga sudah diakui UNESCO sebagai salah satu situr peninggalan sejarah dunia. Keindahan Xi Hu juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman dan penyair sejak abad ke-9.
“Hasil kunjungan itu akan kami tindaklanjuti. Pada 7-9 November akan diadakan pertemuan di Kabupaten Samosir yang diprakarsai Pemprov Sumut dengan para Bupati di Kawasan Danau Toba. Agenda rapatnya adalah mem-follow up kunker ke Hangzhou pada 10-13 Oktober 2016,” papar Arie.
Satu hal lain yang sedang disiapkan adalah persiapan mempromosikan Geopark Toba ke level dunia. Actionnya? Sudah mulai digeber sejak 25 Oktober 2016. Di 25 Oktober, Arie mengaku sudah menggelar rapat terkait Geopark Toba bersama Penasihat Senior Kementerian Pariwisata Harry Waluyo , Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural. Hari Untoro Drajat dan Ketua Pokja 10 Destinasi Prioritas.
“Agenda rapat membahas kemungkinan pengusulan Geopark Toba sebagai Unesco Global Geopark-UGG. Sebelumnya Geopark Toba ditetapkan sebagai Global Geopark Network-GGN di 2016,” beber Arie.
D
an mimpi ini langsung dilanjutkan dengan rapat koordinasi dengan Kemenko Maritim dan Sumber Daya. Hasilnya? Kemenko Maritim dan Sumber Daya sepakat dengan pengusulan Geopark Toba sebagai Unesco Global Geopark-UGG. “Implikasinya adalah penyiapan dossier. Itu harus diselesaikan pada 30 November 2016,” pungkas Arie.
(TT/int)