TobaTimes-Kenaikan harga sembako mulai daging, cabai hingga sayur mayur yang melonjak tajam sangat terasa. Kondisi ini menuntut para ibu rumah tangga supaya pintar-pintar mengatur keuangan keluarga. Saat ini, semua pada menjerit. Apalagi kenaikan harga sembako tersebut gila-gilaan saat menjelang Jelang Idul Adha ini.
Rata-rata ibu rumah tangga yang ditemui saat berbelanja di Pajak Diponegoro Kisaran menunjukkan sikap pasrah. Mereka tidak bisa bicara banyak saat menyaksikan kenaikan harga-harga bahan sembako (sembilan bahan pokok) yang dirasakan mencekik leher. Seperti cabai merah yang mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dari harga biasanya.
“Berat lah… bagaimana cara mengatasi keadaan. Tapi, setiap hari kita kan harus makan. Kalau sudah begitu, kita harus bisa menyiasati agar semua bisa teratasi,” ujar Ani (42).
Ani berharap pemerintah segera turun tangan. Melakukan operasi pasar sekaligus mencari solusi agar kenaikan harga-harga sembako bisa dikendalikan. Juga berharap ketegasan pemerintah terhadap oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk menguntungkan bisnis semata.
Tapi Ani, memberikan sedikit tips buat para ibu rumah tangga di tengah lonjakan harga bahan kebutuhan yang semakin selangit. Ia menyarankan, agar mulailah dari sekarang menghemat belanja. Kemudian, memaksimalkan segala keahlian untuk menambah penghasilan tambahan. “Kalau bukan kita sendiri yang menolong, siapa lagi,” tandasnya.
Data dihimpun koran ini, dari sejumlah pasar tradisional di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, kenaikan harga-harga sembako terjadi sejak seminggu menjelang Hari Raya Idul Adha. Sejauh ini, penyebab kenaikan harga-harga sembako tersebut diperkirakan menurunnya pasokan barang dari penyalur, seperti dari daerah Kabupaten Simalungun, Karo dan Dairi.
Seperti di Pasar Inpres di Jalan H Misbah, Kisaran, sembako yang mengalami lonjakan harga hingga 100 persen yakni cabai merah, dari Rp30 per kg menjadi Rp60 ribu per kg. Disusul cabai rawit, harga terbaru sebesar Rp48 ribu per kg dari sebelumnya Rp25 ribu per kg.
Lalu tomat, harga sebelumnya sebesar Rp3 ribu per kg kini menjadi Rp5 ribu per kg, bawang merah sebelumnya Rp24 ribu per kg menjadi Rp26 ribu per kg, bawang putih sebelumnya Rp30 ribu per kg menjadi Rp32 ribu per kg. Sementara, kelapa santan masih stabil di harga Rp12 ribu per kg.
Sedangkan harga daging sapi, sejak sebelum bulan Ramadan hingga kini masih bertahan di kisaran Rp120 kg per kg. Juga daging ayam masih berkisar Rp20 per kg. Tapi jika dibandingkan dengan bulan Ramadan lalu, harga daging ayam naik sampai Rp25 ribu per kg.
Kenaikan harga sejumlah sembako ini berdampak menurunnya minat beli masyarakat. Tidak hanya itu, para pedagang juga mengeluhkan pendapatan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan modal yang mereka keluarkan sehingga terancam akan merugi.
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Inpres Kisaran Nando Situmorang (37) menyebutkan, kenaikan sembako ini sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Ia memperkirakan kenaikan harga ini akan terus terjadi sampai dengan Hari Raya Idul Adha.
Sebagai pedagang, Nando menuturkan, kalau harga dari pemasok naik maka mereka juga terpaksa menaikkan harga. “Kalau ditanya alasannya mungkin karena pasokan sekarang agak sulit karena berakhirnya masa panen,” ujarnya sembari menambahkan bahan sembako seperti cabai, bawang banyak dipasok dari daerah Simalungun, Karo dan Dairi.
Menanggapi lonjakan harga sembako tersebut, Ketua LKI (Lembaga Konsumen Indonesia) Asahan Ir Suriandi MBA menyarankan kepada masyarakat agar berbelanja berlebihan menjelang Hari Raya Idul Adha. Ia juga mengingatkan para pedagang agar jangan memanfaatkan keadaan dengan alasan Gunung Sinabung meletus lantas menjadi penyebab menaikkan harga.
“Maka kita berharap kepada masyarakat agar lebih cerdas membeli di tengah situasi kondisi ekonomi yang kurang stabil,” tukasnya. (TT/int)
Kadis Koperindag Drs H Supriyanto MPd Pengadilan Lubis saat melakukan sidak di Pasar Kisaran. |
Rata-rata ibu rumah tangga yang ditemui saat berbelanja di Pajak Diponegoro Kisaran menunjukkan sikap pasrah. Mereka tidak bisa bicara banyak saat menyaksikan kenaikan harga-harga bahan sembako (sembilan bahan pokok) yang dirasakan mencekik leher. Seperti cabai merah yang mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dari harga biasanya.
“Berat lah… bagaimana cara mengatasi keadaan. Tapi, setiap hari kita kan harus makan. Kalau sudah begitu, kita harus bisa menyiasati agar semua bisa teratasi,” ujar Ani (42).
Ani berharap pemerintah segera turun tangan. Melakukan operasi pasar sekaligus mencari solusi agar kenaikan harga-harga sembako bisa dikendalikan. Juga berharap ketegasan pemerintah terhadap oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk menguntungkan bisnis semata.
Tapi Ani, memberikan sedikit tips buat para ibu rumah tangga di tengah lonjakan harga bahan kebutuhan yang semakin selangit. Ia menyarankan, agar mulailah dari sekarang menghemat belanja. Kemudian, memaksimalkan segala keahlian untuk menambah penghasilan tambahan. “Kalau bukan kita sendiri yang menolong, siapa lagi,” tandasnya.
Data dihimpun koran ini, dari sejumlah pasar tradisional di Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, kenaikan harga-harga sembako terjadi sejak seminggu menjelang Hari Raya Idul Adha. Sejauh ini, penyebab kenaikan harga-harga sembako tersebut diperkirakan menurunnya pasokan barang dari penyalur, seperti dari daerah Kabupaten Simalungun, Karo dan Dairi.
Seperti di Pasar Inpres di Jalan H Misbah, Kisaran, sembako yang mengalami lonjakan harga hingga 100 persen yakni cabai merah, dari Rp30 per kg menjadi Rp60 ribu per kg. Disusul cabai rawit, harga terbaru sebesar Rp48 ribu per kg dari sebelumnya Rp25 ribu per kg.
Lalu tomat, harga sebelumnya sebesar Rp3 ribu per kg kini menjadi Rp5 ribu per kg, bawang merah sebelumnya Rp24 ribu per kg menjadi Rp26 ribu per kg, bawang putih sebelumnya Rp30 ribu per kg menjadi Rp32 ribu per kg. Sementara, kelapa santan masih stabil di harga Rp12 ribu per kg.
Sedangkan harga daging sapi, sejak sebelum bulan Ramadan hingga kini masih bertahan di kisaran Rp120 kg per kg. Juga daging ayam masih berkisar Rp20 per kg. Tapi jika dibandingkan dengan bulan Ramadan lalu, harga daging ayam naik sampai Rp25 ribu per kg.
Kenaikan harga sejumlah sembako ini berdampak menurunnya minat beli masyarakat. Tidak hanya itu, para pedagang juga mengeluhkan pendapatan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan modal yang mereka keluarkan sehingga terancam akan merugi.
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Inpres Kisaran Nando Situmorang (37) menyebutkan, kenaikan sembako ini sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Ia memperkirakan kenaikan harga ini akan terus terjadi sampai dengan Hari Raya Idul Adha.
Sebagai pedagang, Nando menuturkan, kalau harga dari pemasok naik maka mereka juga terpaksa menaikkan harga. “Kalau ditanya alasannya mungkin karena pasokan sekarang agak sulit karena berakhirnya masa panen,” ujarnya sembari menambahkan bahan sembako seperti cabai, bawang banyak dipasok dari daerah Simalungun, Karo dan Dairi.
Menanggapi lonjakan harga sembako tersebut, Ketua LKI (Lembaga Konsumen Indonesia) Asahan Ir Suriandi MBA menyarankan kepada masyarakat agar berbelanja berlebihan menjelang Hari Raya Idul Adha. Ia juga mengingatkan para pedagang agar jangan memanfaatkan keadaan dengan alasan Gunung Sinabung meletus lantas menjadi penyebab menaikkan harga.
“Maka kita berharap kepada masyarakat agar lebih cerdas membeli di tengah situasi kondisi ekonomi yang kurang stabil,” tukasnya. (TT/int)
0 comments:
Post a Comment