31.8.16

Suami Kedua Dapat Jatah Saat Suami Pertama ke Luar Kota


TobaTimes-Ini kisah tentang wanita poliandri (memiliki suami lebih dari satu). Sebut saja namanya Mela (40). Wanita yang tinggal di Karangan Wiyung, Surabaya, itu mengaku selalu adil bagi kedua suaminya. Dia menyiasati, suami kedua dapat jatah ketika suami pertama sedang keluar kota.
Ilustrasi.

Suami pertama Mela adalah Longo (nama samaran), berusia 43 tahun. Sedangkan suami kedua bernama Unto  (bukan nama sebenarnya), berusia 50 tahun. Longo merupakan pengusaha kayu. Dia memiliki tiga mobil dan ratusan hektar tanah. Sedangkan Unto adalah duda beranak lima, ditinggalkan istrinya empat tahun silam. Istrinya pergi karena tidak sanggup hidup dalam kesengsaraan bersama Unto.

Bagi Mela, hidup bergelimang harta tak membuat hidupnya sempurna, ia sudah didiagnosa tak bisa punya anak. Oleh karena itu, dia memilih mengadopsi anak dengan cara poliandri dengan Unto.

Kisah Unto dan Mela dimulai ketika Mela didiagnosa tidak akan bisa melahirkan bayi dari rahimnya. Sel telurnya tidak bisa dibuahi oleh sperma suaminya yang juga didiagnonsa mandul.

“Saya itu ingin punya anak. Mau angkat anak, sama suami tidak boleh. Serba repot,” katanya.

Mela mulai melarikan diri dengan berbagai kegiatan sosial, hingga akhirnya bertemu dengan Unto, sang duda lima anak yang hidup sendiri dan berjuang untuk menghidupi anak-anaknya. Kedekatan mereka dimulai ketika Mela seringkali menyambangi rumah Unto di kawasan Bubutan. Mela berdalih suka bertemu lima anak-anak Unto yang masih kecil dan lucu.

Kebetulan, dua anak Unto masih berusia di bawah lima tahun. Yang ketiga sudah sekolah di bangku SMP dan SD. “Sudah saya anggap seperti anak saya. Sering saya ajak ke rumah kok,” kata Mela.

Sayangnya, suaminya Longo sering mengusir anak-anak Unto dari rumahnya. Longo mengusir mereka karena kedua anak Unto dianggap bikin ribut di rumahnya yang megah. Longo pun tidak suka karena kedua anak itu membuat Mela sibuk mengurus mereka, sampai-sampai Mela lupa menemaninya.

“Suami kan minta dilayani ini-itu. Kalau ada anak-anak, kan suami jadi nggak terabaikan,” kata wanita yang punya bisnis sepatu dan butik di dua pasar besar di Surabaya tersebut.

Tak hanya soal keasyikan merawat dua anak Unto, Mela juga menaruh hati pada Unto karena sikapnya yang dianggapnya sangat baik dan pengertian. “Baik orangnya. Dia mau berjuang dan berkorban buat anak-anaknya. Sedangkan suamiku sangat manja. Makan diambi-alih, kalau tidak cocok marah-marah,” katanya.

Berbeda dengan Unto yang mengambil alih seluruh tugas rumah tangganya. “Kalau saya main ke sana (rumah Unto), semuanya yang menyiapkan Mas Unto,” ujar Mela.

Akhirnya, Mela memutuskan menikah dengan Unto secara siri. Proses pernikahan dilakukan di rumah Unto dengan memanggil tokoh agama. “Jujur sudah setahun kami menikah,” katanya.

Menurut Mela, selama ini dia berusaha untuk adil dengan Longo. Biasanya, Mela tinggal bersama Unto bila Longo yang pebisnis kayu sedang keluar kota.

Pada saat itulah, Mela berlama-lama tinggal di rumah Unto bersama anak-anaknya. “Saya sih menikmati itu bisa bareng sama anak-anak,” kata Mela. (int)

0 comments:

Post a Comment