29.8.16

GMKI: Bom di Medan Jangan Memecah Belah Kita

TobaTimes-Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) saat ini tengah mengadakan perhelatan Kongres ke-35 di Gedung Seminari HKBP Sipoholon, Tarutung, Sumut, yang dihadiri ribuan kader dan senior dari 90 cabang di Indonesia. Kongres GMKI ini berlangsung dari mulai 23 hingga 30 Agustus 2016.

Sahat MP Sinurat.
Kongres tersebut dihadiri para tokoh nasional, diantaranya Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Kehadiran dua tokoh nasional yang juga senior GMKI itu menambah semaraknya perayaan acara Kongres GMKI. "Bapak Yasonna Laoly dan Enggartiasto Lukita merupakan sosok yang memberikan inspirasi baru bagi kader-kader GMKI, bahwa dengan kerja keras dan kecerdasan yang dimiliki, maka kader GMKI dapat turut serta melayani negara dari menjadi pengambil keputusan. Dalan konsepnya, GMKI harus mampu menjawab tantangan zaman,"Sahat MP Sinurat yang berniat mencalonkan diri sebagai Ketua Umum GMKI.

Menurutnya, GMKI sebagai salah satu organiasi mahasiswa anggota Organisasi Cipayung Plus (bersama sama dengan GMNI, HMI, PMKRI, IMM, KMHDI dan HIKMAHBUDHI), sudah sejak lama menjadi generator dan penghasil pemuda-pemudi terbaik bangsa yang ikut serta dalam sejarah panjang negara Indonesia.

"Saya menilai bahwa dengan modal kuat jaringan yang sudah ada, maka GMKI harus berjalan dan berkolaborasi lebih sungguh dengan seluruh komponen negeri ini, baik pemerintah, non-pemerintah dan masyatakat sipil. Lebih dari itu, saya juga mengajak seluruh civitas GMKI, baik kader maupun senior untuk bersama-sama tetap memegang teguh nilai-nilai GMKI, yaitu tinggi iman, tinggi ilmu dan tinggi pengabdian dalam konsep untuk selalu melayani," katanya.

Menurutnya, kader GMKI harus menjadi kader-kader yang anti korupsi, tidak menyebarkan kebencian dan permusuhan, serta menjadi teladan ditengah-tengah masyarakat. "Bangsa kita sedang mengalami banyak tantangan. Banyaknya kasus korupsi dan intoleransi umat beragama menunjukkan bahwa GMKI masih belum bisa bertenang diri. GMKI harus segera bersiap diri untuk membantu negara menjawab permalasahan tersebut," bebernya.

Perlu diingat, di Zaman ini Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi anak muda yang mau dan memiliki ketulusan dalam melayani. "Dalam kacamata saya, GMKI harus mampu menjawab tantangan itu. Harus pula dicatat bahwa era kemajuan tekhnologi dan peluang yang semakin besar terbuka untuk anak muda lebih maju lagi yang saat ini membentang luas dihadapan kita. Bagi saya, GMKI harus menjadi sekolah bagi para kadernya agar mampu menjawab tantangan zaman ini dan memiliki bekal yang cukup guna melihat peluang yang ada," harapnya.

Terkait Sumatera Utara berduka dengan serangan dan percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik St Yosef Medan, Sahat mengatakan, dalam kejadian ini ada dua hal yang harus kita perhatikan. "Pertama, bahwa kita tidak dapat berdiam diri, kaum-kaum intoleran sedang berusaha memecah belah bangsa kita. Kita harus saling bergandengan dan memastikan bahwa Indonesia merupakan negara yg menjunjung tinggi dan mengapresiasi perbedaan," katanya.

"Saya mengajak agar tidak ada stigmatisasi berbasis  agama tertentu di Indonesia. Teroris tidak punya agama! Mereka hanya punya rasa permusuhan dan kebencian. Mari kita tunjukkan bahwa negara kita terlalu kuat untuk tidak dapat dipecah belah, dan kita tidak takut," paparnya. (int)

0 comments:

Post a Comment