13.9.16

Otorita Toba Milik Elit, Rakyat Hanya Penonton

Danau Toba.

TobaTimes-Sejumlah masyarakat akar rumput mulai menyuarakan aspirasi realistis terkait hebohnya pemerintah pusat mengampanyekan Danau Toba sebagai Monaco Asia. Masyarakat pesisir Danau Toba merasa, itu hanya wacana elit dan sarat kepentingan elit.

"Kami akan tetap jadi petani. Sesekali mungkin turun ke pantai, sekedar menghayati diri bahwa kami telah puluhan tahun tinggal di sini sebagai bagian dari regenerasi dan warisan leluhur," ujar K Turnip (39) di Pantai Tigaras, Senin (12/9).

Dia mengatakan, ribuan masyarakat hidup dan tinggal di sepanjang pesisir Danau Toba mulai dari Girsang, Sipolha, Tigaras, hingga Haranggaol, hingga saat ini belum memperoleh informasi secara pasti tentang program konkrit otorita itu.

"Wacananya hanya kita baca di surat kabar dan heboh di televisi. Awalnya kita senang. Wah, hebat ini. Terharu. Dan wajar pula setelah merasa senang dan terharu, kami mulai bermimpi. Akankah hidup kami membaik?" timpal warga lain, H Purba (60), warga Simantin 3, Kecamatan Dolok Pardamean.

K Tondang bahkan bicara soal anggaran. Menurutnya, wacana Danau Toba sebagai Monaco Asia adalah fasilitas kalangan atas. Uang dihambur-hamburkan untuk kepentingan mereka. "Kalaupun itu jadi, semua hanya fasilitas kalangan atas untuk meraup dan menghambur-hamburkan uang Negara demi kepentingan pribadi," kata salah seorang warga pesisir Danau Toba di Nagori Ujung Saribu, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Simalungun, Senin (12/9).

Hal yang sama dikatakan R Sinaga. Menurutnya, sejak Perpres No 49 Tahun 2016 tentang BOPKPDT (Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba) ditandatangani Presiden Jokowi 1 Juni 2016, hingga saat ini masyarakat pesisir hanya pendengar.

"Hingga saat ini, semua itu masih sebatas informasi berita. Kamii belum melihat apa-apa, bahkan sama sekali tidak pernah dilibatkan. Saya pikir harapannya sederhana, masyarakat harus hidup dan dihidupkan untuk lebih berdaya secara ekonomi. Sebenarnya di kampung-kampung sudah banyak intelektual, mereka-mereka ini sangat peka dan mestinya sejak awal sudah dilibatkan. Tapi kita lihat, mohon maaf, gagasan itu melayang-layang di atas langit. Tidak membumi. Tidak berangkat dari akar. (Go-Toba)

0 comments:

Post a Comment