TobaTimes-Seorang toke sawit ditemukan tewas mengenaskan di ruang tamu dalam rumahnya di Dusun Kampung Pandan, Desa Sennah, Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu, Minggu (21/8) sekira pukul 06.30 WIB.
Maruli Butarbutar (69), ditemukan tewas dengan luka melepuh dan luka lebam diduga bekas benda tumpul. Kondisi jerajak jendela yang rusak dan penyimpanan uang di bawah tanah yang sudah dibongkar menguatkan dugaan keluarga dan kepolisian bahwa korban merupakan korban pembunuhan.
Ditemui di Ruang Forensik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar, Senin (22/8), seorang anggota Polsek Bilah Hilir Resort Polres Labuhanbatu, Bripka M Simaremare mengatakan bahwa dugaan sementara toke sawit tersebut menjadi korban pembunuhan. Di tubuh korban juga terdapat tanda luka bekas benda tumpul.
Minggu (21/8) sekira pukul 07.40 Wib, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap tiga saksi atas temuan jenazah korban. Hendra (30), merupakan tukang dodos, warga Dusun Simpang Rawa Desa Sennah Kecamatan Pengkatan. Kedua, Jefri Simatupang (44), warga Dusun Kampung Pandan B Desa Sennah Kecamatan Pangkatan dan Marolop Sinaga (40), warga Dusun Kampung Pandan B Desa Sennah Kecamatan Pengkatan Kabupaten Labuhanbatu
Dokter Forensik RSUD Djasamen Saragih Dr Reinhard DJ Hutahaean menambahkan, dari hasil otopsi ditemukan proses pembusukan pada korban, terutama pada bagian atas yakni wajah, leher dan tangan. Membusuk pada kulit berubah menghitam dan melepuh disertai pelebaran pembuluh darah.
Selain itu, juga ada ditemukan luka-luka lecet disertai memar pada di beberapa bagian tubuh. Yakni bibir, pipi, kepala, leher, tangan dan kaki yg disebabkan oleh benda tumpul. “Pada gigi ditemukan ada resapan darah, namun tidak dapat dikatakan putus (patah). Dan mayat sudah meninggal kira-kira 24 jam sampai 36 jam, terhitung sejak kita periksa, sekira pukul 09.00 Wib. Diduga korban mati lemas,” ungkap Dr Reinhard DJ Hutahaean.
Masih di ruang Forensik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar, menantu korban Amelia Br Sipahutar (40), warga Jalan Musyawarah Kanan Kelurahan Sukadame Kecamatan Siantar Utara dan ES Beria Br Butarbutar (46), warga Jalan Pematang Kelurahan Simalungun, Kecamatan Siantar Selatan Kota Siantar mengatakan bahwa jenazah korban ditemukan oleh tukang dodos (pekerja korban).
“Kejadiannya Minggu (21/8), sekira pukul 03.00 Wib -04.00Wib. Kondisi korban ditemukan posisinya telentang. Diduga dari dapur korban diseret ke kamarnya,” ucap kedua wanita berpakaian PNS di Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, yang mengaku sebagai menantu dan anak perempuan dari adik kandung korban.
Diceritakan kedua Ibu Rumah Tangga (IRT) itu, awalnya korban janji dan menyuruh seorang pria yang merupakan pekerjanya agar datang Minggu (21/8) untuk memanen sawit milik korban. Kemudian, korban juga menghubungi seorang pria yang akan menemaninya untuk membeli lembu.
Korban menyuruh pandodos agar datang, Minggu (21/8) untuk memanen sawitnya. Kemudian korban juga meminta salah seorang pria untuk menemani beli lembu. Lalu datanglah pendodos itu ke rumah bersama pria yang mau menunjukkan lembu yang mau dibeli korban. Posisi rumah terkunci rapat. Lalu korban dipanggil dengan cara mengetuk dan memanggil-manggil pemilik rumah.
Oppung...oppung. Karena tidak ada sahutan dari rumah, pendodos itu pun pergi ke belakang rumah korban. Selanjutnya mereka mengintip ke rumah dari sela-sela jendela untuk melihat korban. Dari jendela tersebut terlihat korban sudah tergeletak telentang. Setelah melihat korban, lalu kedua pekerja itu memanggil warga dan menghubungi polisi setempat. “Kami tahu karena dikasih tahu oleh keluarga.
“Datanglah dulu inang lihat dulu bapak, katanya bapak sudah meninggal karena kena rampok,” ucap menantu dan anak korban mengulang pembicaraan anak korban bernama Albert Butar-butar, yang tinggal di Pekan Baru.
Lanjut mereka, anak korban hanya satu, bernama Albert Butar-butar, tinggal di Pekan Baru. Anaknya tersebut bekerja sebagai manager di salah satu Perkebunan di Pekan Baru. Anak korban sudah menikah dan telah dikaruniai tiga anak, yakni dua anak perempuan dan satu anak laki.
“Di rumah korban tinggal sendiri setelah ditinggal istrinya M br Pasaribu sektiar sepuluh tahun lalu. Diduga korban diseret dari dapur ke kamar,” tambahnya.
Korban mengalami lengan dan punggung melepuh, kepala pecah, gigi depan copot. Kondisi rumah korban, ditemukan jerajak jendela belakang rumah korban sudah terbuka. Sebelumnya juga korban sering kehilangan uang. Korban memiliki lahan sawit seluas kurang lebih 5 hektar tepat di belakang rumahnya.
Ditambahkan Amelia, bahwa pompa air dan handpone korban raib. Sedangkan TV dan digital milik korban ditemukan sudah terletak di luar rumahnya. Dan diduga korban kalau menyimpan uangnya dan harta bendanya dengan cara ditanam di tanah yang ada di dalam kamarnya dan ditutupi keramik.
“Sebuah keramik tempat penyimpanan uang dan harta benda korban yang ada di dalam kamarnya tadi terlihat sudah terbuka (dibuka). Posisi rumah korban di kelilingi rumah warga lebih kurang sebanyak 10 KK. Dan rencananya, Dan Nopember 2016, rencana korban dan anaknya mau mengadakan pesta pesta sulang - sulang Hariapan (Makanan diberikan kepada orangtua lanjut usia),” jelasnya.
Untuk mengungkap kematian korban, keluarga meminta jenazah korban diotopsi. Usai di otopsi, jenazah korban dibawa keluarga dimasukkan kedalam peti jenazah, lalu dibawa menggunakan mobil ambulans dengan pengawalan polisi.
Sementara, P Pasaribu (50), Hula-Hula korban, warga Pangkatan, mengatakan bahwa di dalam rumah korban ada terdapat dua kamar dan dua lemari. “Posisi kedua lemari yang di rumah korban sudah terbuka dan posisi kamar juga sudah acak-acakan,” ucap warga yang tinggalnya kurang lebih berjarak 7 kilometer dari rumah korban. (int)
Ilustrasi. |
Maruli Butarbutar (69), ditemukan tewas dengan luka melepuh dan luka lebam diduga bekas benda tumpul. Kondisi jerajak jendela yang rusak dan penyimpanan uang di bawah tanah yang sudah dibongkar menguatkan dugaan keluarga dan kepolisian bahwa korban merupakan korban pembunuhan.
Ditemui di Ruang Forensik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar, Senin (22/8), seorang anggota Polsek Bilah Hilir Resort Polres Labuhanbatu, Bripka M Simaremare mengatakan bahwa dugaan sementara toke sawit tersebut menjadi korban pembunuhan. Di tubuh korban juga terdapat tanda luka bekas benda tumpul.
Minggu (21/8) sekira pukul 07.40 Wib, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap tiga saksi atas temuan jenazah korban. Hendra (30), merupakan tukang dodos, warga Dusun Simpang Rawa Desa Sennah Kecamatan Pengkatan. Kedua, Jefri Simatupang (44), warga Dusun Kampung Pandan B Desa Sennah Kecamatan Pangkatan dan Marolop Sinaga (40), warga Dusun Kampung Pandan B Desa Sennah Kecamatan Pengkatan Kabupaten Labuhanbatu
Dokter Forensik RSUD Djasamen Saragih Dr Reinhard DJ Hutahaean menambahkan, dari hasil otopsi ditemukan proses pembusukan pada korban, terutama pada bagian atas yakni wajah, leher dan tangan. Membusuk pada kulit berubah menghitam dan melepuh disertai pelebaran pembuluh darah.
Selain itu, juga ada ditemukan luka-luka lecet disertai memar pada di beberapa bagian tubuh. Yakni bibir, pipi, kepala, leher, tangan dan kaki yg disebabkan oleh benda tumpul. “Pada gigi ditemukan ada resapan darah, namun tidak dapat dikatakan putus (patah). Dan mayat sudah meninggal kira-kira 24 jam sampai 36 jam, terhitung sejak kita periksa, sekira pukul 09.00 Wib. Diduga korban mati lemas,” ungkap Dr Reinhard DJ Hutahaean.
Masih di ruang Forensik RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar, menantu korban Amelia Br Sipahutar (40), warga Jalan Musyawarah Kanan Kelurahan Sukadame Kecamatan Siantar Utara dan ES Beria Br Butarbutar (46), warga Jalan Pematang Kelurahan Simalungun, Kecamatan Siantar Selatan Kota Siantar mengatakan bahwa jenazah korban ditemukan oleh tukang dodos (pekerja korban).
“Kejadiannya Minggu (21/8), sekira pukul 03.00 Wib -04.00Wib. Kondisi korban ditemukan posisinya telentang. Diduga dari dapur korban diseret ke kamarnya,” ucap kedua wanita berpakaian PNS di Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, yang mengaku sebagai menantu dan anak perempuan dari adik kandung korban.
Diceritakan kedua Ibu Rumah Tangga (IRT) itu, awalnya korban janji dan menyuruh seorang pria yang merupakan pekerjanya agar datang Minggu (21/8) untuk memanen sawit milik korban. Kemudian, korban juga menghubungi seorang pria yang akan menemaninya untuk membeli lembu.
Korban menyuruh pandodos agar datang, Minggu (21/8) untuk memanen sawitnya. Kemudian korban juga meminta salah seorang pria untuk menemani beli lembu. Lalu datanglah pendodos itu ke rumah bersama pria yang mau menunjukkan lembu yang mau dibeli korban. Posisi rumah terkunci rapat. Lalu korban dipanggil dengan cara mengetuk dan memanggil-manggil pemilik rumah.
Oppung...oppung. Karena tidak ada sahutan dari rumah, pendodos itu pun pergi ke belakang rumah korban. Selanjutnya mereka mengintip ke rumah dari sela-sela jendela untuk melihat korban. Dari jendela tersebut terlihat korban sudah tergeletak telentang. Setelah melihat korban, lalu kedua pekerja itu memanggil warga dan menghubungi polisi setempat. “Kami tahu karena dikasih tahu oleh keluarga.
“Datanglah dulu inang lihat dulu bapak, katanya bapak sudah meninggal karena kena rampok,” ucap menantu dan anak korban mengulang pembicaraan anak korban bernama Albert Butar-butar, yang tinggal di Pekan Baru.
Lanjut mereka, anak korban hanya satu, bernama Albert Butar-butar, tinggal di Pekan Baru. Anaknya tersebut bekerja sebagai manager di salah satu Perkebunan di Pekan Baru. Anak korban sudah menikah dan telah dikaruniai tiga anak, yakni dua anak perempuan dan satu anak laki.
“Di rumah korban tinggal sendiri setelah ditinggal istrinya M br Pasaribu sektiar sepuluh tahun lalu. Diduga korban diseret dari dapur ke kamar,” tambahnya.
Korban mengalami lengan dan punggung melepuh, kepala pecah, gigi depan copot. Kondisi rumah korban, ditemukan jerajak jendela belakang rumah korban sudah terbuka. Sebelumnya juga korban sering kehilangan uang. Korban memiliki lahan sawit seluas kurang lebih 5 hektar tepat di belakang rumahnya.
Ditambahkan Amelia, bahwa pompa air dan handpone korban raib. Sedangkan TV dan digital milik korban ditemukan sudah terletak di luar rumahnya. Dan diduga korban kalau menyimpan uangnya dan harta bendanya dengan cara ditanam di tanah yang ada di dalam kamarnya dan ditutupi keramik.
“Sebuah keramik tempat penyimpanan uang dan harta benda korban yang ada di dalam kamarnya tadi terlihat sudah terbuka (dibuka). Posisi rumah korban di kelilingi rumah warga lebih kurang sebanyak 10 KK. Dan rencananya, Dan Nopember 2016, rencana korban dan anaknya mau mengadakan pesta pesta sulang - sulang Hariapan (Makanan diberikan kepada orangtua lanjut usia),” jelasnya.
Untuk mengungkap kematian korban, keluarga meminta jenazah korban diotopsi. Usai di otopsi, jenazah korban dibawa keluarga dimasukkan kedalam peti jenazah, lalu dibawa menggunakan mobil ambulans dengan pengawalan polisi.
Sementara, P Pasaribu (50), Hula-Hula korban, warga Pangkatan, mengatakan bahwa di dalam rumah korban ada terdapat dua kamar dan dua lemari. “Posisi kedua lemari yang di rumah korban sudah terbuka dan posisi kamar juga sudah acak-acakan,” ucap warga yang tinggalnya kurang lebih berjarak 7 kilometer dari rumah korban. (int)
0 comments:
Post a Comment