TobaTimes - Seorang pria edan bernama M Chalid harus berurusan dengan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya lantaran tega menjual istrinya, Mis’anah. Chalid menawarkan istrinya ditiduri gratis oleh pria lain asalkan bisa tukar pasangan alias swinger.
Untuk memuluskan niat busuk Chalid, dia membentuk grup tukar pasangan suami istri di Facebook (FB). Kini polisi telah menelusuri kemungkinan adanya pemain lain yang ikut bergabung dalam grup Facebook tersebut.
Berdasar hasil penyelidikan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya, ditemukan fakta bahwa banyak grup FB yang berafiliasi dengan M. Chalid. Hingga kemarin (25/11), polisi mencatat, ada 90 grup yang diikuti pria 28 tahun tersebut.
Kanit PPA Polrestabes Surabaya AKP Ruth Yeni menjelaskan, sebagian grup FB yang diikuti Chalid tertutup. Namun, ada pula yang terbuka. Di sana penyedia swinger biasanya memasang iklan. “Mereka tidak pasang harga. Cuma pemberitahuan bahwa mereka ready,” jelas Ruth.
Setelah pemberitahuan di-posting, anggota grup akan langsung berkomentar. Biasanya, penyedia jasa tidak membalas komentar itu di wall. Mereka mempersilakan bagi siapa saja yang berminat untuk langsung chatting secara personal.
Saat chatting itulah penyedia jasa seperti Chalid bebas memilih siapa partner yang cocok. Kecocokan bukan perkara harga. Melainkan pada kebutuhan biologis pelaku dan kebersihannya. Chalid dan pelaku lainnya tidak akan membahas ongkos.
Pelaku tidak akan memilih calon klien yang terlihat tidak higienis. Mereka juga mencari orang yang bisa memuaskannya. “Uang itu hanya sebagai bonus. Tapi, pelaku (Chalid, Red) ini sudah mulai melihat ada prospek untuk mengeruk untung,” ujar polisi.
Chalid terbilang punya banyak order. Sebab, dia aktif mem-posting iklan. Dengan grup sebanyak itu, tentu ada member yang membacanya.
PPA masih menyelidiki apakah grup-grup di FB itu terorganisasi atau hanya sebagai wadah berkumpul sesama penyuka swinger. Disebut terorganisasi jika grup itu dikelola seorang admin. Jika memiliki admin, biasanya ada syarat-syarat untuk mengakses. Misalnya, menarik sejumlah uang.
Sifat grup dengan model seperti itu biasanya eksklusif. Harga yang dibayar untuk bergabung tidak murah. “Sejauh ini masih kami cari tahu ada atau tidak grup yang seperti itu,” terangnya.
Berdasar hasil pemeriksaan, Chalid tergolong lihai untuk membujuk istrinya. Awalnya Mis’anah tidak terima dengan sikap suaminya. Namun, atas nama bakti dan cinta, Mis’anah menjadi tak berdaya. “Korban dirayu supaya mau. Kalau mau, pelaku berjanji semakin menyayanginya,” tambah mantan Panitreskrim Polsek Wonokromo itu.
Ruth menilai, pada dasarnya pelaku swinger memiliki problem psikologis. Mereka tidak pernah merasa puas. Fantasi yang ada di kepala mereka kemudian diaplikasikan ke kehidupan nyata. Sementara itu, selain memproses pidana Chalid, kepolisian akan memikirkan nasib Mis’anah. Kondisi korban sangat terpuruk.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga mengatakan, Mis’anah akan diperiksa dokter untuk memulihkan psikologisnya. “Selain itu, reproduksi korban juga akan diperiksa. Jadi, kalau ada penyakit yang terdeteksi bisa segera diobati,” katanya. (TT/int)
Ilustrasi. |
Berdasar hasil penyelidikan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya, ditemukan fakta bahwa banyak grup FB yang berafiliasi dengan M. Chalid. Hingga kemarin (25/11), polisi mencatat, ada 90 grup yang diikuti pria 28 tahun tersebut.
Kanit PPA Polrestabes Surabaya AKP Ruth Yeni menjelaskan, sebagian grup FB yang diikuti Chalid tertutup. Namun, ada pula yang terbuka. Di sana penyedia swinger biasanya memasang iklan. “Mereka tidak pasang harga. Cuma pemberitahuan bahwa mereka ready,” jelas Ruth.
Setelah pemberitahuan di-posting, anggota grup akan langsung berkomentar. Biasanya, penyedia jasa tidak membalas komentar itu di wall. Mereka mempersilakan bagi siapa saja yang berminat untuk langsung chatting secara personal.
Saat chatting itulah penyedia jasa seperti Chalid bebas memilih siapa partner yang cocok. Kecocokan bukan perkara harga. Melainkan pada kebutuhan biologis pelaku dan kebersihannya. Chalid dan pelaku lainnya tidak akan membahas ongkos.
Pelaku tidak akan memilih calon klien yang terlihat tidak higienis. Mereka juga mencari orang yang bisa memuaskannya. “Uang itu hanya sebagai bonus. Tapi, pelaku (Chalid, Red) ini sudah mulai melihat ada prospek untuk mengeruk untung,” ujar polisi.
Chalid terbilang punya banyak order. Sebab, dia aktif mem-posting iklan. Dengan grup sebanyak itu, tentu ada member yang membacanya.
PPA masih menyelidiki apakah grup-grup di FB itu terorganisasi atau hanya sebagai wadah berkumpul sesama penyuka swinger. Disebut terorganisasi jika grup itu dikelola seorang admin. Jika memiliki admin, biasanya ada syarat-syarat untuk mengakses. Misalnya, menarik sejumlah uang.
Sifat grup dengan model seperti itu biasanya eksklusif. Harga yang dibayar untuk bergabung tidak murah. “Sejauh ini masih kami cari tahu ada atau tidak grup yang seperti itu,” terangnya.
Berdasar hasil pemeriksaan, Chalid tergolong lihai untuk membujuk istrinya. Awalnya Mis’anah tidak terima dengan sikap suaminya. Namun, atas nama bakti dan cinta, Mis’anah menjadi tak berdaya. “Korban dirayu supaya mau. Kalau mau, pelaku berjanji semakin menyayanginya,” tambah mantan Panitreskrim Polsek Wonokromo itu.
Ruth menilai, pada dasarnya pelaku swinger memiliki problem psikologis. Mereka tidak pernah merasa puas. Fantasi yang ada di kepala mereka kemudian diaplikasikan ke kehidupan nyata. Sementara itu, selain memproses pidana Chalid, kepolisian akan memikirkan nasib Mis’anah. Kondisi korban sangat terpuruk.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga mengatakan, Mis’anah akan diperiksa dokter untuk memulihkan psikologisnya. “Selain itu, reproduksi korban juga akan diperiksa. Jadi, kalau ada penyakit yang terdeteksi bisa segera diobati,” katanya. (TT/int)
0 comments:
Post a Comment