Peserta acara refleksi damai foto bersama. |
Peserta lain, Sabar Silalahi, menyebutkan, acara tersebut secara spontanitas yang diikuti masyarakat lintas agama dan lintas suku. Kegiatan itu merupakan doa sembari menyuarakan perdamaian di Indonesia. Diharapkan, kejadian seperti itu tidak pernah terulang lagi.
"Cukup, inilah yang terakhir. Hentikan kekerasan. Kita sangat sesalkan kejadian itu. Yang korban, anak-anak yang tidak tahu apa-apa. Tidak tahu negara ini dan tidak tahu politik. Jangan ada lagi kekerasan yang menyesatkan dan memecah belah antar agama. Selama ini, ikatan kebersamaan antar agama terjalin baik. Jangan gara-gara segelintir rusak kebersamaan itu," katanya.
Mantan anggota DPRD Tobasa itu menegaskan, masyarakat Tobasa tidak ingin ada kekerasan. "Kita tidak ingin dipecah belah. Secara khusus di Tobasa, mari kita saling menjaga," pintanya.
Tokoh agama H Imran Napitupulu menambahkan, nuansa kerukunan antar umat beragama yang sangat solid dan terlihat begitu kental di wilayah Tobasa harus diperlihatkan melalui semangat egaliter persaudaraan.
"Dalam keragaman hendaknya terbina persatuan. Berbeda tapi saling membutuhkan. Saling melengkapi. Layaknya pelangi di awan tinggi," katanya.
Balige Raja merepresentasikan itu semua. Dengan penduduk yang terdiri dari berbagai etnis dan agama yang dianut. Sisi ajaran agama, jangan hanya dilihat sebagai formulasi hubungan dengan Tuhan secara vertikal, tapi dimensi humanitas dan formulasi hubungan horizontal sesama umat manusia juga harus diimani. Kerukunan umat beragama, sejatinya harus dilestarikan.
Tampak pada ujung spanduk terlihat foto almarhum Intan. Acara tersebut diisi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengheningkan cipta. Sesekali, mereka menyuarakan serentak "Stop Kekerasan". Hingga berita ini diturunkan, kegiatan masih terus berlangsung. (TT/int)
0 comments:
Post a Comment