TobaTimes- Polisi menangkap tiga janda muda ketika asyik menggelar pesta bersama laki-laki mereka. Janda-janda cantik itu ditangkap dalam waktu dua hari belakangan, mulai Senin (17/10) hingga Selasa (18/10).
Ketiganya adalah Indah (18), Cahyani alias Caca (18) dan Ayu (19), ditangkap pada waktu dan lokasi berbeda. Masing-masing dibekuk dengan pria berbeda. Selain mereka, polisi juga mengamankan dua wanita pria (waria) yang selama ini kerap mangkal mencari pelanggan di kawasan Komplek Voorvo, Samarinda Ulu. Dua waria tersebut adalah Hendrik alias Alin (25) dan David alias Devina (25).
Polisi juga mengamankan enam teman pria janda cantik dan waria. Pria yang ditangkap Yakni Edi (20), Heri Setiawan (18), Salpinus (32), Imansyah (22), Fadlan (20) dan Ema (20).
Total 11 orang budak penjual dan pengguna sabu diringkus anggota Satreskoba Polresta Samarinda. Penangkapan pertama dilakukan terhadap Caca, Indah, Edi dan Heri di sebuah rumah di kawasan Otto Iskandardinata, Gang Al Wakaf, Senin sore.
“Kami dapat informasi ada pesta sabu di sebuah rumah. Kami langsung melakukan penggerebekan. Saat kami menemukan empat pelaku (Caca, Indah, Edi dan Heri, Red). Saat digeledah ditemukan 1 poket sabu seberat 1,26 gram, timbangan digital dan separangkat alat pengisap disembunyikan di plafon kamar,” ujar Kapolresta Samarinda Kombes Pol Setyobudi Dwi Putro, melalui Kasat Reskoba Kompol Belny Warlansyah.
Caca dan Indah mengaku, sebenarnya datang ke tempat penggerebekan untuk menagih utang kepada Heri. “Sampai sana ditawari mengisap sabu. Kebetulan saya juga memang pemakai, karena diberi gratisan ya mau saja. Saya sempat dua kali mengisap datang polisi dan ditangkap,” tutur Caca.
Penyelidikan berlanjut, Heri mengaku dapat sabu dari tangan Salpinus. Polisi pun menggerebek kediaman Salpinus di Jalan Sultan Alimudin. Dari Salpinus polisi menyita dua poket sabu seberat o,89 gram serta 1 HP. Keesokannya polisi mendapat kabar di sejumlah kos di kawasan Gatot Subroto sering jadi tempat bertransaksi sabu.
Target pertama polisi adalah Ema. Wanita tomboi itu kepergok polisi saat hendak bertransaksi sabu. “Pelaku (Ema, Red) sudah masuk target operasi kami,” imbuh Belny.
Disangka pembeli, Ema terkecoh. Yang datang justru polisi dan dia pun ditangkap. Dari Ema polisi mengamankan dua poket sabu seberat 1,32 gram, HP, motor dan uang diduga hasil berjual sabu sebanyak Rp 3 juta. Sebenarnya cara Ema terbilang rapi. Modusnya berjualan, sabu disimpan dalam gulungan uang ribuan.
Ternyata Ema tak mau masuk penjara sendiri. Dia “bernyanyi” bahwa tak jauh dari kosnya juga sering jadi sarang narkoba. Polisi lalu menyasar kos yang dihuni Ayu, Alin dan Devina. Benar saja, saat polisi masuk, ketiga sedang mengisap sabu.
“Akhirnya kami tanya beli sabu dari mana? Mereka kami minta pesan lagi dan datang pelaku lain bernama Imansyah membawa sabu seberat 5, 36 gram dan uang hasil menjual sabu sebanyak Rp 600 ribu. Pengembangan kami lanjutkan hingga ke pengedarnya, di Jalan Tongkol,” kata Belny.
Polisi pun menuju kediaman pengedar yang disebut bernama Fadlan. Di rumah Fadlan polisi menemukan satu poket berisi 4,08 gram dan uang Rp 1,2 juta.
“Semua pelaku yang kami tangkap memiliki dua jaringan yang sama. Saat ini kami mengejar pelaku lain yang menjadi rantai jaringannya,” urai Belny.
Alin menyebut memakai sabu biar percaya diri saat mencari pelanggan di Voorvo. Semalam Alin dan Devina sanggup melayani beberapa orang pelanggan. “Sudah lama sih pakai sabu. Ya biar kuat begadang kalau lagi nunggu pelanggan,” tandasnya. (TT/int)
Ilustrasi. |
Polisi juga mengamankan enam teman pria janda cantik dan waria. Pria yang ditangkap Yakni Edi (20), Heri Setiawan (18), Salpinus (32), Imansyah (22), Fadlan (20) dan Ema (20).
Total 11 orang budak penjual dan pengguna sabu diringkus anggota Satreskoba Polresta Samarinda. Penangkapan pertama dilakukan terhadap Caca, Indah, Edi dan Heri di sebuah rumah di kawasan Otto Iskandardinata, Gang Al Wakaf, Senin sore.
“Kami dapat informasi ada pesta sabu di sebuah rumah. Kami langsung melakukan penggerebekan. Saat kami menemukan empat pelaku (Caca, Indah, Edi dan Heri, Red). Saat digeledah ditemukan 1 poket sabu seberat 1,26 gram, timbangan digital dan separangkat alat pengisap disembunyikan di plafon kamar,” ujar Kapolresta Samarinda Kombes Pol Setyobudi Dwi Putro, melalui Kasat Reskoba Kompol Belny Warlansyah.
Caca dan Indah mengaku, sebenarnya datang ke tempat penggerebekan untuk menagih utang kepada Heri. “Sampai sana ditawari mengisap sabu. Kebetulan saya juga memang pemakai, karena diberi gratisan ya mau saja. Saya sempat dua kali mengisap datang polisi dan ditangkap,” tutur Caca.
Penyelidikan berlanjut, Heri mengaku dapat sabu dari tangan Salpinus. Polisi pun menggerebek kediaman Salpinus di Jalan Sultan Alimudin. Dari Salpinus polisi menyita dua poket sabu seberat o,89 gram serta 1 HP. Keesokannya polisi mendapat kabar di sejumlah kos di kawasan Gatot Subroto sering jadi tempat bertransaksi sabu.
Target pertama polisi adalah Ema. Wanita tomboi itu kepergok polisi saat hendak bertransaksi sabu. “Pelaku (Ema, Red) sudah masuk target operasi kami,” imbuh Belny.
Disangka pembeli, Ema terkecoh. Yang datang justru polisi dan dia pun ditangkap. Dari Ema polisi mengamankan dua poket sabu seberat 1,32 gram, HP, motor dan uang diduga hasil berjual sabu sebanyak Rp 3 juta. Sebenarnya cara Ema terbilang rapi. Modusnya berjualan, sabu disimpan dalam gulungan uang ribuan.
Ternyata Ema tak mau masuk penjara sendiri. Dia “bernyanyi” bahwa tak jauh dari kosnya juga sering jadi sarang narkoba. Polisi lalu menyasar kos yang dihuni Ayu, Alin dan Devina. Benar saja, saat polisi masuk, ketiga sedang mengisap sabu.
“Akhirnya kami tanya beli sabu dari mana? Mereka kami minta pesan lagi dan datang pelaku lain bernama Imansyah membawa sabu seberat 5, 36 gram dan uang hasil menjual sabu sebanyak Rp 600 ribu. Pengembangan kami lanjutkan hingga ke pengedarnya, di Jalan Tongkol,” kata Belny.
Polisi pun menuju kediaman pengedar yang disebut bernama Fadlan. Di rumah Fadlan polisi menemukan satu poket berisi 4,08 gram dan uang Rp 1,2 juta.
“Semua pelaku yang kami tangkap memiliki dua jaringan yang sama. Saat ini kami mengejar pelaku lain yang menjadi rantai jaringannya,” urai Belny.
Alin menyebut memakai sabu biar percaya diri saat mencari pelanggan di Voorvo. Semalam Alin dan Devina sanggup melayani beberapa orang pelanggan. “Sudah lama sih pakai sabu. Ya biar kuat begadang kalau lagi nunggu pelanggan,” tandasnya. (TT/int)
0 comments:
Post a Comment