10.8.16

Orok Dibuang ke Sungai Bah Bolon

TobaTimes-Warga Jalan Enggang, Kelurahan Sipinggol-pinggol, Siantar Barat, tiba-tiba geger pada Selasa (9/8) sekira pukul 11.30 WIB. Orok bayi berjenis kelamin perempuan ditemukan mengapung di aliran sungai Bah Bolon.


Saat ditemukan, orok bayi itu tampak mengalami luka lecet di bagian kepala. “Saya yang melihat pertama kali,” ujar H Tambunan di lokasi temuan.

Menurutnya, saat itu ia turun dan memang hendak ke sungai. Tak lama di pinggiran sungai, ia dikagetkan dengan penampakan mayat tersebut. “Saya lihat bayi itu terapung di sungai. Saya langsung berteriak,” ujarnya. Lanjut dia, setelah melihat bayi terapung, bersama warga lainnya, ia sempat memindahkan orok ke batu yang berada di tengah sungai, agar tidak hanyut terbawa arus.

Setelah itu, Tambunan dan warga lainnya memberitahukan apa yang mereka lihat ke lurah setempat.

Seorang wanita paruh baya yang berada di lokasi juga mengaku miris melihat mayat itu. “Ngeri… Masih orok, masih merah. Tali pusarnya pun masih ada. Benar-benar tega orang yang membuangnya ini,” jelas wanita yang mengenakan baju dan jilbab kuning ini. “Tega sekali orang yang membuang orok itu ke sungai Bah Bolon ini. Seperti tidak ada lagi rasa kemanusiaan itu,” cetus wanita lainnya yang ikut menyaksikan proses evakuasi jenazah.

Tak hanya dari kaum hawa, perasaan geram bercampur emosi pun ditunjukkan beberapa pemuda di sekitar lokasi. “Kami yakin ini bukan ulah warga sekitar sini. Pasti orang luar. Mungkin saja wanita yang tinggal di berbagai kos-kosan dan tak jelas statusnya,” ujar tiga pria muda yang berada di pinggir sungai itu saling menimpali.

Sementara Posan, pria warga Jalan SKI, Kelurahan Aek Nauli, Siantar Selatan, mengaku sempat melihat mayat bayi itu di aliran sungai Bah Bolon. “Memang tadi saya lihat ada seperti bungkusan yang hanyut. Begitu saya perhatikan, memang seperti bentuk manusia,” kata pria berusia sekira 45 tahun ini.

Setelah yakin dengan penglihatannya itu, Posan sempat berteriak dan memberitahukan kepada warga lain yang ada di sungai. “Sungai kami ini kan berseberangan dengan lokasi penemuan. Sungai kami di Jalan SKI, sementara penemuan itu di Jalan Enggang. Jadi tadi begitu saya lihat, saya langsung berteriak dan memberitahukannya kepada warga lain yang sedang mandi,” tambahnya.

Menurutnya, ia dan warga Jalan SKI yang melihat memang tak sempat mengavakuasi mayat itu. “Posisinya kan di seberang. Tidak mungkin kita ke sana. Kita kan mandi di pinggir sini. Ibu-ibu yang sedang mandi di situ juga sempat saya teriaki dan beritahukan. Terakhir saya berteriak ke arah seberang. Mungkin didengar warga Jalan Enggang dan akhirnya mereka menemukan orok bayi itu,” terang Posan.

Lurah Sipinggol-pinggol Lisma Sinambela yang ikut turun bersama personel Polsek Siantar Barat ke lokasi mengaku mengetahui adanya temuan mayat itu setelah diberitahukan warganya.

“Memang warga kita yang menemukan bersama seorang tukang. Setelah itu kita langsung berkoordinasi dengan aparat kepolisian,” jelasnya.

Sementara Kapolsek Siantar Barat Iptu David Sinaga yang terjun ke lokasi bersama petugas SPKT Polres Pematangsiantar langsung melakukan evakuasi terhadap orok bayi itu. Secara perlahan, orok itu pun diangkat dan dibawa ke Instalasi Forensik RSUD Dr Djasamen Saragih.

“Dugaan sementara, bayi itu baru sehari dilahirkan orangtuanya. Temuan ini sedang dalam penyelidikan kita,” kata Sinaga.

Saat disinggung bagaimana kondisi orok bayi ketika ditemukan dan dievakuasi, ia menerangkan bahwa terdapat luka lecet pada bagian wajah jenazah. Namun ia menduga, itu diakibatkan derasnya air sehingga mayat bayi terseret arus dan terkena bebatuan di sungai. “Kita akan otopsi orok bayi ini di Instalasi Forensik,” ungkap Sinaga.

Di tempat terpisah, Kepala Instalasi Forensik RSUD Dr Djasamen Saragih dr Reinhard Hutahaean, membenarkan pihaknya sudah melakukan otopsi terhadap orok bayi tersebut.

“Jenis kelaminnya perempuan dan memiliki berat 440 gram. Sedangkan panjangnya 34 centimeter,” kata Hutahaean.

Menurutnya, usia bayi itu belumlah pantas untuk lahir ke dunia. “Usianya 26-28 minggu atau 6-7 bulan. Jadi memang belum pantas dilahirkan,” jelasnya.

Malah, kata Reinhard, ia memastikan kelahiran bayi karena proses aborsi. “Jelas masuk golongan abortus. Dari usianya saja kan sudah bisa diketahui. Belum lagi dari berbagai sisi yang kita lihat. Termasuk proses penyembuhan di tali pusar bayi.”

Soal lamanya kematian, Reinhard memperkirakan bayi itu sudah tewas 24 jam sebelumnya. “Kondisinya kan sudah membusuk juga. Itu pula yang membuat kita kesulitan memeriksa penyebab kematian dan lainnya,” jelasnya.

Sebab, dengan kondisi yang sudah membusuk itu, tim forensik tidak bisa menentukan si bayi masih sempat bernafas saat lahir atau tidak.

“Jika manusia itu bernafas, terutama bagi bayi baru lahir, tentu udara akan masuk juga ke beberapa bagian tubuhnya. Kita akan mengetahui ada udara di telinga bagian tengah, juga paru-parunya akan menggembung dan berisi udara. Termasuk ada udara di saluran pencernaan,” ungkapnya.

Tapi pada mayat bayi ini, Reinhard mengaku tidak bisa melihat itu semua karena kondisi jenazah sudah membusuk.

“Meskipun si bayi baru sekali bernafas saja, itu sebenarnya sudah bisa kita ketahui jika kondisinya belum membusuk.”

Selain soal kondisi jenazah itu, Reinhard juga mengatakan bahwa saat ditemukan, ada tali pusar pada jasad tersebut. Yang anehnya, tali pusarnya itu diklem (dijepit, red). Penjepit yang digunakan di tali pusar itu juga penjepit yang biasa digunakan oleh tim medis.

“Ya bisa jadi ada petugas medis yang menolong keluarnya bayi dari rahim. Makanya tali pusar sempat dijepit. Mungkin yang menolong itu bermaksud baik. Sebab kalau memang berniat hendak mematikan si bayi, kenapa tali pusarnya harus diklem?”

Tapi menurutnya, yang memiliki penjepit seperti itu tidak harus tim medis. Sebab klem itu juga ada dijual di apotek-apotek.

“Nah, kasusnya kan sedang diselidiki. Kita juga sudah ambil sempel DNA si bayi. Jika saja polisi menemukan orangtua si bayi nantinya, bisa kita cocokkan DNA-nya,” pungkas Reinhard. (Sumber: metrosiantar.com)

0 comments:

Post a Comment