TobaTimes - Kekalahan Hillary Clinton sebagai presiden Amerika Serikat (AS) memang menyakitkan. Tidak hanya buat Clinton, namun juga pendukungnya.
Demontrasi tolak Trump. |
Namun, Trump menang karena sistem Electoral College. Dalam sistem ini kandidat presiden yang mendapat popular vote tidak otomatis memenangkan pemilu. Setiap negara bagian menentukan elector (sekelompok orang yang terpilih) untuk memilih presiden dan wakilnya setelah pemilihan popular vote dilakukan.
Beda angka mereka yang memilih Clinton dengan Trump sangat mencengangkan. Hampir dua juta orang memilih Clinton. Sampai Rabu (16/11), Clinton mengungguli Trump di angka 1,82 juta suara.
Dengan alasan itu lah, sekelompok ilmuan mendesak pihak Clinton untuk menuntut dilakukan penghitungan ulang. Mereka menduga ada kemungkinan pelanggaran peraturan dan pencurian suara.
Ada tiga negara bagian yang diminta untuk dihitung ulang, yaitu Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania. Di tiga negara bagian itu lah Clinton kalah.
Mereka menyatakan menemukan bukti kalau suara total di tiga negara bagian itu dimanipulasi atau di-hack. Penemuan itu pun sudah dipresentasikan di depan ajudan-ajudan top Clinton, pada Selasa (22/11).
‘’Ada perbedaan dari hitungan manual dengan mesin,” ujar seorang sumber. Ilmuan yang meminta perhitungan ulang itu antara lain J Alex Halderman, direktir University of Michigan Center for Computer Security and Society. (TT/int)
0 comments:
Post a Comment