TobaTimes, Tapteng - Janda tidak menikah atau dalam bahasa Batak disebut mabalu so martujung, begitulah sebutan untuk Eniati Br Sitanggang, usai ditinggal calon suaminya, yang tiba-tiba meninggal dunia malam sebelum pernikahan mereka.
Erniati Simbolon |
Pelaminan pun tampak diangkat oleh pekerja usaha jasa penyewaan pelaminan setelah salah seorang keluarga (hasuhutan) menelepon pemilik usaha. “Angkatlah pelaminan ini, kita sudah berkabung,” ujarnya melalui sambungan telepon.
“Tidak ada lagi yang harus ditunggu, semua sudah berantakan. Tak ada artinya lagi ditunggu. Maka pada malam pesta hiburan itu, saat ia sudah meninggal, saat itu juga dilangsungkan tonggo raja (pertemuan yang diselenggarakan malam sebelum acara adat untuk membicarakan bagaimana prosesi adat adat yang akan dilakasanakan besoknya) untuk penguburannya,” ujarnya menceritakan kepanikan mereka di malam tragis itu.
Dan, saat jenazah korban dibawa ke pemakaman, warga tampak ramai mengiringi sembari bercerita tentang korban semasa hidup.
“Dia orang yang baik, dia pria yang mandiri dan pekerja keras. Dia bekerja di salah satu kilinik bersalin di Jakarta. Dia pulang sekira satu bulan lalu untuk menikah,” ujar warga bermarga Simarmata (40), teman satu kampung korban.
Erniati juga tampak ikut saat penguburan. Langkahnya lunglai dan diapit oleh dua orang keluarganya. Wajahnya pucat. Sesekali gadis berkulit sawo matang itu mengusap air matanya.
“Dia sangat sedih. Bagi orang Batak, dia (Erniati) ini namanya mabalu so martujung atau janda belum menikah. Pokoknya sangat sedihlah,” ujar salah sorang pelayat. Usai pemakaman, rumah korban masih tampak ramai oleh keluarga dan warga desa.
Seperti diberitakan sebelumnya, sukacita yang terbalut dalam pesta lajang pada Selasa (11/10) malam seketika berubah jadi duka setelah satu dari puluhan muda-mudi itu tiba-tiba jatuh tergeletak di tanah. Hanya sebentar saja, pria itu sudah meninggal dunia. Padahal, pesta lajang itu digelar oleh Jakkon Purba (48), pria yang meninggal itu, yang akan melangsungkan pernikahan esok harinya.
Peristiwa itupun menggegerkan warga Desa Sosorgotting, Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli Tengah (Tapteng). Terlebih kepada Erniati Sitanggang (25), calon istri almarhum, yang hanya bisa menangis, merenung dan menatap dalam ke arah jenazah korban yang terbujur kaku di hadapannya.
Informasi dihimpun wartawan dari lokasi kejadian, pesta itu dimulai pukul 21.00 WIB. Pesta itu diikuti para pemuda di kampung itu. Tradisi di sana memang begitu. Malam sebelum seseorang menikah, mereka menggelar pesta lajang.
Seperti keterangan L Purba (29), adik kandung almarhum, sebelumnya semua keluarga sedang berkemas mau memulai acara pembukaan malam hiburan pra pernikahan untuk kedua mempelai.
Saat itu almarhum sudah berkemas dan siap mengikuti acara malam itu. Tidak ada tanda-tanda almarhum kurang sehat. Ia tampak biasa saja dan siap melangsungkan acara.
Usai acara hiburan dibuka dengan Tortor, dia pun duduk di pelaminan untuk kemudian disandingkan dengan calon mempelai wanita. Diketahui, calon mempelai wanita tinggal di palumean (rumah pengurus gereja) yang jaraknya tidak jauh dari rumah korban, hanya sekitar 50 meter.
Dan, hanya tinggal memanggil mempelai wanitanya untuk duduk besanding di pelaminan untuk mengikuti acara, tiba-tiba almarhum jatuh. Para pemuda seketika mencoba menyadarkannya dan menggotongnya ke rumah. Saat itu kondisinya sangat lemah. Dan, saat itu ia masih sempat berbicara dengan suara yang sangat pelan, namun lambat laun tak bersuara lagi dan kemudian meninggal dunia. (TT/int)
0 comments:
Post a Comment